Lagi, Investor akan Bangun Pabrik Minyak Kayu Putih

0
Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah saat meresmikan pabrik minyak kayu putih di Bima, Kamis, 12 Desember 2019. (Suara NTB/Humas NTB)

Mataram (Suara NTB) – Investor yang membangun pabrik minyak kayu putih, PT. Sanggaragro Karya Persada yang berada di Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima akan kembali membangun pabrik berskala besar. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB sedang menyiapkan lahan seluas 5.000 hektare.

Lahan kawasan hutan yang rusak akibat tanaman jagung nantinya akan ditanami kayu putih. ‘’Ada beberapa lokasi yang memang kita akan berikan ke  perusahaan PT. Sanggaragro. Kita rencanakan 5.000 hektare lagi, mudahan dia akan langsung action tahun depan,’’ kata Kepala Dinas LHK NTB, Ir. Madani Mukarom, B.Sc.F, M. Si dikonfirmasi Suara NTB, Minggu, 22 Desember 2019.

Madani menjelaskan, lahan-lahan yang berada di kawasan hutan yang saat ini kritis akan didorong untuk ditanami kayu putih. Nantinya perusahaan akan bermitra dengan masyarakat. Ia menyebutkan, potensi lahan kritis yang dapat ditanami kayu putih di NTB mencapai setengah juta hektare, baik di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok.

Untuk pembangunan pabrik minyak kayu putih skala besar berikutnya direncanakan di daerah sekitar Kecamatan Sanggar. Karena masih banyak lahan-lahan marjinal kering kerontang dan bebatuan yang ada di sana.

‘’Nanti mereka akan bangun pabrik lagi kalau tersedia areal 5.000 hektare. Pabriknya akan dibangun kembali di lokasi yang lain  biar hemat dan efisien,’’ kata Madani.

Madani menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan pemetaan lahan-lahan kritis yang dapat ditanami kayu putih. Lahan marjinal sangat cocok untuk tanaman kayu putih dibandingkan di lahan yang subur. Karena rendemennya tinggi.

‘’Kalau di daerah subur itu memang tumbuhnya bagus. Tapi rendemennya rendah. Kami sedang pemetaan ini. Mana untuk kayu putih, mana untuk pakan ternak kita dorong juga. Ada juga untuk tanaman buah-buahan di areal subur. Jadi sedang pemetaan luasnya,’’ terangnya.

Madani menyebut, luas areal lahan kritis di luar kawasan hutan di Pulau Sumbawa mencapai puluhan ribu hektare. Misalnya, seperti di Bima, Dompu dan Sumbawa. Di dalam kawasan hutan juga banyak lahan kritis. Saat ini, Dinas LHK sedang mengevaluasi pemegang izin.

Untuk Pulau Lombok, Madani menebut daerah Lombok selatan sangat cocok untuk pengembangan tanaman kayu putih. Mulai dari Pringgabaya Lombok Timur sampai Sekotong Lombok Barat sangat cocok untuk tanaman kayu putih. Karena lahannya marjinal dan bebatuan.

“Pulau Lombok akan kita dorong di daerah selatan. Karena memang kondisi alamnya mirip Bima, Sumbawa dan Dompu. Lombok selatan itu daerahnya kering-kering seperti Pringgabaya, Sekotong, Pelangan kita akan dorong untuk kayu putih,” imbuhnya.

Ia mengatakan masyarakat tidak akan rugi menanam kayu putih. Karena pasarnya sekarang sudah terjamin. Baik daun maupun minyak kayu putih yang telah diolah akan dibeli oleh PT. Sanggaragro Karya Persada. Masyarakat cukup sekali menanam, pada tahun kedua sudah mulai panen. Dalam satu hektare, kata Madani, dapat ditanam 5.000 – 10.000 batang pohon kayu putih.

“Seluas 400-500 ribu hektare ada di NTB potensi lahan untuk kayu putih. Lahan yang kering kerontang, kayak Pringgabaya, Sekotong,” sebutnya. (nas)