Mataram (Suara NTB) – Pemkot Mataram bingung untuk membangun rumah instans sederhana sehat (RISHA). Sebulan pascapenyerahan secara simbolis oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Lombok Utara, anggaran perbaikan rumah warga korban gempa belum terealisasi.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengeluarkan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) penggunaan anggaran. Demikian disampaikan Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Kota Mataram, H. M. Kemal Islam dikonfirmasi, pekan kemarin.
Pendataan dan verifikasi masih terus dilakukan terhadap perubahan kondisi rumah akibat gempa susulan. Bisa saja kata Kemal, kerusakan sebelumnya sedang naik kelas jadi rusak berat. Perkim memberikan batas waktu sampai Senin, 17 September 2018 hari ini, camat dan lurah menyerahkan data.
“Kalau pun ada tambahan tidak terlalu banyak. Ada juga yang kurang NIK sudah kita minta Dukcapil membantu memproses administrasinya,” terangnya.
Untuk pencairan anggaran, ia tidak bisa berbicara banyak. Dari 1.200 data rumah kategori rusak berat, hanya 122 warga yang keluar buku tabungannya. Pemkot Mataram berharap pasca pernyataan Presiden Joko Widodo di KLU, tabungan milik warga terealisasi.
Di satu sisi, Presiden meminta percepatan. Di sisi lain, Pemkot Mataram terkendala masalah anggaran. “Bukan sekadar ngomong saja,” ucapnya.
Dikatakan, setelah keluarnya juklak – juknis penggunaan dana, semestinya uangnya segera bisa didrop ke BRI untuk didebet. Pihaknya bisa langsung bekerja membangun sesuai konsep rumah diinginkan pemerintah pusat.
Untuk masyarakat yang tidak mengikuti pola RISHA diminta segera membuat perencanaan, desain dan proposal pencairan dana. “Dari empat lingkungan hanya 100 KK yang mau dibuatkan pola RISHA,” sebutnya.
Kondisi ini dimaklumi karena karakter masyarakat perlu melihat contoh dulu. Kalau sudah ada, dipastikan banyak yang tertarik.
Warga Pengempel Indah, Nafsah mengaku, belum mendapatkan dana Rp50 juta seperti dijanjikan pemerintah. Ia setuju konsep pemerintah membangun rumah tahan gempa. “Kalau bisa sekarang dikerjakan ndak apa- apa. Daripada tinggal lama di tenda,” ucapnya.
Diakui, masih banyak warga lainnya yang tidak mau dibangunkan rumah RISHA itu. Untuk sementara ini, Nafsah dan keluarga banyak berharap dari bantuan dana itu. Kalau membangun rumah dengan biaya sendiri tidak ada. Apalagi sudah sebulan lebih ia tidak bekerja. (cem)