Foto Bocah Pedagang Kacang yang Kehujanan di Mataram Bikin Sedih Netizen

0

Mataram (suarantb.com) – Foto seorang bocah pedagang kacang di Mataram, membuat banyak orang yang melihatnya bersedih. Pasalnya, bocah tersebut menjual kacang dagangannya di tengah guyuran hujan di Kota Mataram, Minggu, 27 November 2016.

Bocah tersebut diketahui berjualan kacang rebus di Jalan Bung Karno, Pagesangan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram. Tepat di tengah pembatasan jalan, bocah tersebut duduk memegang wadah tempatnya menaruh kacang rebus.

Di tengah guyuran hujan siang tadi di Kota Mataram, bocah yang mengenakan kaos biru tersebut, memilih untuk tidak berteduh dan tetap menjajakan dagangannya. Foto tersebut langsung mengundang prihatin netizen.

Foto yang pertama kali diunggah akun Kurnia Susanti, hingga saat ini mendatangkan like sebanyak 360 like, dengan puluhan komentar.  Pengunggah foto tersebut, juga merupakan pedagang yang kerap kali berjualan di sekitar lokasi.

Akun dengan nama Yetty Muriyanto menduga dagangan si bocah tersebut belum laku, sehingga dengan terpaksa bocah tersebut berjualan di tengah intensitas hujan yang cukup tinggi. “Karena jualannya belum laku,” komentarnya.

Akun dengan nama Ahmad Syairozi meminta pada pengunggah foto untuk membeli dagangan si bocah. Karena menduga bocah tersebut sangat membutuhkan uang. “Diborong aja kacangnya mbak. Mungkin dia sangat butuh dana untuk sekolahnya,” tulisnya.

Akun dengan nama Zaima Mar membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan, pernah melihat si bocah sebelum hujan turun. “Tadi pas pulang beli Mojitosnya, saya lihat juga. Panas-panasan dia mbak,” ungkapnya.

Netizen lainnya juga ikut prihatin terhadap foto yang viral tersebut. Mereka mendoakan bocah tersebut untuk tetap bersabar dan diberikan kesehatan.

Di Kota Mataram, pedagang asongan yang masih berusia belia sering dijumpai di pinggir jalan. Sebelumnya, suarantb.com juga pernah mewawancarai Muis dan Maulana, bocah pedagang kacang rebus di sekitar Jalan Sriwijaya dan Jalan Bung Karno, Mataram. Mereka mengaku terpaksa berjualan untuk tambahan biaya sekolah mereka. (szr)