Kopi NTB, ‘’Emas Hitam’’ yang Menjanjikan

0
Dody Wibowo sedang meracik kopi. (EkbisNTB/ist)

Kopi kerap dijuluki ‘’emas hitam’’. Di NTB, potensi pengembangannya cukup besar. Tak sampai di situ, peluang pasarnya di luar negeri, pun tak kalah menjanjikan. Sejumlah negara memesan kopi asal NTB dalam jumlah besar.

PANDEMI Covid-19 tidak menghalangi pengembangan kopi di NTB. Petani kopi dan instansi yang ikut serta dalam mengembangkan ini berusaha agar kopi asal NTB tidak hanya menjadi raja di lokal NTB dan  dalam negeri. Tapi bagaimana kopi asal NTB bisa menjadi sebuah komoditi yang bisa mengguncang dunia. Setidaknya nanti akan muncul pendapat “tidak lengkap minum kopi, jika tidak minum kopi dari NTB”.

Meski demikian untuk menuju itu diperlukan komitmen dan keseriusan dari banyak pihak agar apa yang menjadi impian ini bisa terwujud. Pekan lalu, boleh jadi kabar menggembirakan bagi petani kopi di NTB.

Kopi NTB diekspor dalam jumlah besar ke Korea Selatan dan Mesir. Total pesanan sudah mencapai 220 ton. Sebanyak 140 ton pesanan dari buyer Korea Selatan. Dan 80 ton permintaan dari buyer Mesir. Yang dipesan adalah kopi green bean (biji kopi mentah kering).

Tidak salah seperti disampaikan Pegiat Kopi, L. Thoriq. Mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang beberapa tahun terakhir moncer ekonominya karena kopi. Lebih dari 100 petani kopi sedang dibinanya. Dengan luas areal kopi di atas 1.000 hektare. Suplai kopi dari para petani inilah yang dikirim ke luar negeri (ekspor).

Lalu Thoriq sekaligus pengepul kopi, ia juga peracik kopi. Pulang dari Korea Selatan sebagai PMI, ia membuka kedai kopi di Lapangan Karang Genteng, Kota Mataram. Kedai kopinya itu sekaligus dijadikan perpustakaan kopi. Hajatannya, dari kedai itulah, orang dapat mengenal kopi NTB dan cita rasanya. Dari kedai itu juga, calon buyer bisa memilih kopi yang diinginkan sebelum kontrak jual beli.

‘’Tapi setahun terakhir saya tutup dulu sementara. Karena Corona,’’ ujar Lalu Thoriq, kepada media ini, Minggu (25/4) kemarin.

Usaha Lalu Thoriq adalah binaan Bank Indonesia NTB, sejak tahun 2018 lalu. Pelatihan manajemen, keuangan, business matching, peluang pasar di luar negeri juga dibukakan. Bank Indonesia NTB bekerjasama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di luar negeri dan kedutaan besar. Dinas Perdagangan Provinsi NTB juga turut berperan bersama Dinas Pertanian dan Perkebunan.

Sudah ada 200 ton lebih pesanan masing-masing dari Korea Selatan 140 ton dan Mesir 80 ton.  Demikian juga pesanan dari Kanada masih rutin. Meskipun sebulan sekali atau dua bulan sekali. Ekspor sebanyak 1,5 ton.

Bank Indonesia NTB tengah menyasar pangsa pasar yang lebih besar. Dari Timur Tengah, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, juga ke New York, Amerika Serikat. Pasar luar negeri ini dibuka dengan komunikasi secara virtual.

Lalu Thoriq menyebut, dari Korea Selatan nilai pesanan sebesar Rp16 miliar dari Mesir Rp9 miliar. Dari Kanada tak disebut rinci. Pesanan-pesanan ini harus dipenuhi tahun 2021 ini. Terbukanya pasar luar negeri menurut Lalu Thoriq, menjadi angin segar bagi pegiat dan petani kopi.

Alasannya, selama ini kopi NTB hanya dijual mentok di pengepul pasar tradisional atau ke pemberi ijon. Harganya dianggap sangat rendah. Rp20.000/Kg kemudian diecer di pasar tradisional sekitar Rp25.000/Kg.

Di luar negeri, harganya bisa didongkrak sampai Rp52.000/Kg. Lalu Thoriq mengaku, pangsa pasar kopi NTB terbalik. Di luar negeri justru lebih terkenal dibandingkan di dalam negeri (di dalam daerah). Sektor pariwisata NTB juga menurutnya sangat membantu promosi kopi NTB ke mancanegara. “Kalau pariwisata kita bisa pulih. Pangsa pasar kopi NTB bisa terbuka lebih luas,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Kopi NTB Dody Wibowo. Diakuinya, sekarang ini, permintaan akan kopi NTB mengalir dari berbagai negara di dunia. Hanya karena pandemi Covid-19 ini, permintaan tersebut masih ditahan.

‘’Banyak sekali yang minta dari luar negeri. Saya juga sudah kirim sampel ke beberapa negara. Tapi karena Covid-19, permintaan sementara ditahan,’’ ujarnya.

Meski demikian, ujarnya, pembeli dari beberapa negara yang sudah menerima sampel kopi NTB diantaranya, selain Dubai adalah Inggris, New Zealand dan beberapa negara lain. Mereka sangat tertarik dengan kopi NTB. Misalnya di Dubai, mereka sudah melakukan uji cita rasa.

Hasil uji cita rasa kata Dody menyampaikan pengakuan pemesannya, untuk kopi Robusta Lombok, cita rasanya jauh lebih kompleks dibandingkan dengan kopi Robusta Brazil, Ethiopia dan Vietnam.

Para pemesan ini adalah perusahaan besar yang sudah berkontrak dengan pemasok dari berbagai negara. Tentu tidak serta merta kontrak mereka yang sudah ada dihentikan. Namun, Robusta NTB sudah masuk dalam waiting list untuk dipesan.

Potensi kopi NTB kata Dody cukup besar. Hanya saja tidak tergarap dengan baik. Terutama pasca-panen. masih sedikit yang melakukannya. Misalnya dari 100 persen, baru 10 persen yang sudah melakukan pengolahan pascapanen.

Pengolahan dimaksud misalnya, memanen biji kopi yang cherry (warna merah), melakukan sortir biji-biji terbaik. Penjemuran dilakukan dengan baik dengan tingkat kekeringan tertentu yang dapat diukur dengan alat.  Dan mengupas dengan baik sampai menjadi green bean (biji kopi kering) yang berkualitas.

Kondisi ini terjadi karena beberapa sebab. Misalnya, SDM petani kopi yang masih rendah. Keengganan melakukan proses. “Karena mereka berpikir, panen sekaligus, tanpa melakukan proses-proses mereka bisa menjual dan mendapatkan uang. meskipun, harganya sangat rendah,” kata Dody.

Padahal, kalau proses dilakukan. Hasil produksi mereka ditunggu harga menjanjikan. Bahkan ditunggu untuk diekspor.

Dody adalah seorang roaster kopi. Ia juga bergerak di hulu dan hilir. Ada ratusan  hektare kebun kopi petani binaannya. Para petani dimaksud terus diedukasi bagaimana memanen kopi yang baik. Petani harus diintervensi, sehingga tidak petani melakukan panen sekaligus hanya karena mengejar nilai rupiah yang kecil. Petani juga butuh disentuh oleh pemerintah dengan bantuan-bantuan peralatan pasca panen. “Persoalan petani kopi adalah edukasinya yang minim. Dan minimnya bantuan alat-alat pascapanen. Di sinilah peran pemerintah. Jangan pas jadi, baru diserbu untuk dibina,’’ ujarnya.

Sementara Sekretaris Asosiasi Kopi NTB, Hajrul Azmi, menilai potensi kopi di Sembalun memiliki kualitas yang cukup bagus. Bertani kopi merupakan salah satu penopang perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan kaki Rinjani. Seperti di Desa Sajang, tercatat sekitar 700 petani kopi dengan luas lahan 400 hektare.

Terkait kopi NTB yang go international ini, Hajrul Azmi mengaku belum mengetahui dampaknya seperti apa terhadap petani. Terlebih fakta sampai saat ini belum dirasakan oleh petani khususnya di kawasan Sembalun secara partai besar. “Kita tidak tahu juga apakah kopi dari Sajang Sembalun akan diambil juga nanti,” ungkapnya.

Untuk itu, ujarnya, dampaknya terhadap para petani ketika kopi mereka diakomodir. Sementara posisi saat ini baru dibicarakan dan petani juga belum panen. (bul/yon)