Kecamatan di Wilayah Selatan KSB Kembali Diterjang Longsor

0

Taliwang (Suara NTB) – Dua kecamatan di wilayah Selatan, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) kembali diterjang longsor. Setelah kecamatan Sekongkang, khususnya di wilayah Talonang dengan kondisi yang semakin parah, longsor juga terjadi di wilayah Maluk. Hanya saja, longsor yang terjadi di Maluk tidak membuat akses jalan terputus.

Informasi yang berhasil diserap Suara NTB di lapangan menyebutkan, jalan yang menuju ke desa Talonang dan dua desa lainnya sudah tidak bisa dilalui kendaraan. Hal tersebut terjadi setelah hujan terus mengguyur wilayah setempat yang membuat longsoran baru. Material untuk perbaikan jalan itu juga terbawa longsoran. Bahkan saat ini ruas jalan ke arah Talonang semakin kritis dan amblas.

Penanganan yang dilakukan terhadap jalan tersebut juga belum membuahkan hasil. Hal tersebut terjadi karena lokasinya yang sangat rawan longsoran susulan serta hujan yang terus menerus terjadi.

Camat Sekongkang, Syafruddin ‘Roni’ kepada Suara NTB, Sabtu, 8 Desember 2018  tidak menampik semakin parahnya kondisi jalan menuju ke arah Talonang. Hal ini terjadi karena hujan terus mengguyur wilayah setempat.

Kondisi itu kembali diperparah dengan kondisi tanah yang labil serta air yang turun dari gunung. Akibat kondisi tersebut, tiga desa di wilayah setempat, Talonang, Lemar Lempo, dan Tatar Loka terisolir akibat dua jembatan yang putus dan material longsoran yang menutupi bahu jalan. Meskipun kondisi saat ini sudah ada penanganan, tapi  tidak bisa maksimal. Karena kerusakannya bukan hanya di satu titik saja melainkan menyebar.

Bantuan PT AMNT berupa beronjong dan pipa pembuangan air gunung di lokasi yang kritis juga tidak maksimal dan sudah mulai jebol. Karena tidak mampu menahan hantaman air yang berasal dari gunung. “Kami tidak tahu harus berbuat apalagi, karena segala upaya sudah kita lakukan tetapi masih nihil. Hal tersebut terjadi karena curah hujan yang tinggi masih terus terjadi di wilayah kami,” sebutnya.

Ditambahkan, Kepala pelaksana BPBD melalui Kabid Kedaruratan dan logistik (Darlogs) Hendra Adiwinata S. Pd, juga menyebutkan bahwa wilayah selatan sudah harus waspada bencana tanah longsor dan banjir. Apalagi untuk saat pihaknya mencatat sudah ada empat kejadian akibat curah hujan yang terus mengguyur wilayah setempat. Sebut saja banjir desa Kertasari awal musim penghujan yang merendam ratusan hektar lahan pertanian jagung milik masyarakat. Setelah banjir di desa Kertasari, tanah longsor kembali terjadi di jalan utama menuju desa Talonang dan kondisi saat ini sudah semakin parah. Banjir juga terjadi di desa Tongo tidak berselang lama dari kejadian di desa Talonang. Bahkan baru-baru ini, tanah longsor kembali terjadi di jalur  utama dari Maluk-Sekongkang. Akibat kejadian itu akses menuju kecamatan Sekongkang sedikit terhambat. Karena material dari sisa longsoran menutupi sebagian bahu jalan.

“Memang khusus  untuk wilayah selatan sangat rawan terjadi bencana tanah longsor. Hal itu terjadi karena kondisi tanah yang tidak stabil. Apalagi pembangunannya juga dilakukan dengan tidak melihat kondisi alam, asal bangun saja,” terangnya.

Dikatakannya, khusus untuk bencana yang terjadi di Maluk, saat ini tim TRC sudah mulai membuka jalan yang tertutup oleh material longsoran tanah dan pohon tumbang. Penanganan jalan ini juga terkendala minimnya sarana, sehingga prosesnya berlangsung lama. Bahkan saat ini tercatat ada dua lokasi yang mengalami longsoran cukup parah dengan panjang sekitar 20 meter  dan ketinggian tumpukan material dari longsoran mencapai 3 meter. Terkait kondisi tersebut, pihaknya meminta ke dinas PU-PRPP untuk menurunkan alat berat ke lokasi longsoran. Sehingga upaya penanganan terhadap jalan ini bisa segera. Karena jika tidak segera dilakukan dengan cepat, maka sisa material dikhawatirkan akan semakin menumpuk.

“Kita sudah minta agar dinas PU-PRPP segera menurunkan alat berat yang dimiliki. Jika tidak segera dikhawatirkan material sisa longsoran akan semakin menumpuk di lokasi dan akan sangat sulit ditangani,” tandasnya. (ils)