Kasus Meningkat Tajam, Ada Kecenderungan Masyarakat Mulai Tak Percaya Covid-19

0
Hamsu Kadriyan (Suara NTB/dok), H.L.Hamzi Fikri (Suara NTB/nas)

Mataram (Suara NTB) – Masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 di NTB terus meningkat, bahkan menembus 107 kasus, Selasa, 26 Januari 2021. Melonjaknya temuan kasus positif disinyalir karena masyarakat sudah mulai abai terhadap protokol kesehatan Covid-19, seperti menjaga jarak, memcuci tangan dan memakai masker.

Pemda di NTB disarankan harus tetap konsisten melaksanakan kebijakan yang telah dibuat dalam rangka memutus penularan Covid-19, seperti yang dilakukan ketika awal pandemi masuk NTB, pertengahan tahun lalu. Penegakan disiplin penerapan protokol kesehatan harus benar-benar dikawal oleh Pemda, karena ada kecenderungan masyarakat sudah tak percaya adanya Covid-19.

‘’Saya kira kita harus membangkitkan lagi semangat masyarakat untuk melaksanakan 3M untuk mencegah Covid. Itu harus kita segarkan lagi, gelorakan lagi,’’ kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, dr. Hamsu Kadriyan, Sp.T.H.T.K.L (K)., M. Kes., dikonfirmasi Suara NTB, Rabu, 27 Januari 2021.

Ia melihat, kesadaran masyarakat NTB untuk menerapkan protokol kesehatan sudah sangat menurun. Jika dilihat di pasar, tempat ibadah, tempat umum, apalagi di kampung-kampung seperti tidak ada Covid-19.

‘’Karena komponen yang paling utama di dalam (meningkatnya) penyebaran kasus ini adalah kesadaran masyarakat yang kurang.  Kemudian, ada kecenderungan masyarakat semakin tidak percaya Covid,’’ kata Hamsu.

Ia mengatakan, banyaknya berita hoaks yang beredar tentang Covid-19, termasuk mengenai vaksinasi. Membuat masyarakat semakin abai, bahkan ada yang tidak percaya Covid-19. Sehingga Pemda bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama harus berusaha untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat.

‘’Kalau penanganan kesehatannya, saya kira tak pernah kendor. Baik di rumah sakit maupun Faskes yang lain. Itu (pemeriksaan sampel) di laboratorium tetap kencang. Tetapi persoalan masyarakat kita yang memang perlu penyadaran,’’ imbuhnya.

Hamsu mengatakan, Pemda harus lebih banyak lagi melakukan promosi-promosi ke masyarakat. Dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Seperti di awal-awal pandemi masuk ke NTB, semua pihak ikut terlibat.

‘’Kalau sekarang, kelihatannya sudah lebih banyak yang tidak mau terlibat. Mungkin juga pemberian sanksi juga. Kemarin tegas diberlakukan, sehingga masyarakat lebih aware, sadar menjaga sesama,’’ katanya.

Menurutnya, penegakan Perda No. 7 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Penyakit Menular perlu diaktifkan atau digencarkan kembali. Ia melihat, pemberian sanksi bagi masyarakat yang melanggar protokol kesehatan tidak berjalan dengan baik.

‘’Kalau bisa dijalankan lagi dengan konsisten, maka insya Allah penularan (Covid) akan turun. Kecuali kita bisa melakukan gerakan-gerakan yang masif, termasuk vaksinasi. Untuk mengurangi kecepatan pertumbuhan dari penyakit ini. Kalau tidak begitu, kita akan sulit keluar dari pandemi ini,’’ ujarnya.

Kebijakan Pemda yang membatasi ASN yang bekerja di kantor juga harus konsisten dijalankan. Kebijakan ini harus dievaluasi rutin agar berjalan dengan baik.

“Kemudian kita juga perlu pantau seperti pasar. Walaupun aktivitas ekonomi tetap menjadi prioritas, tetapi bagaimana caranya masyarakat tetap melakukan social distancing atau physical distancing, rajin mencuci tangan, dan pakai masker. Ini yang masih sangat kurang sekali,” katanya.

Selain itu, kegiatan vaksinasi harus didorong dipercepat. Paling tidak sekitar 60 – 70 persen masyarakat NTB harus bisa divaksinasi untuk membentuk kekebalan komunitas atau herd immunity.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, M.M., MARS., mengatakan untuk memutus penularan Covid-19, tracing kontak dan testing akan dimasifkan lagi. Maksimal, setiap satu orang yang positif Covid-19 dilakukan penelusuran kontak atau tracing kontak kepada 30 orang yang melakukan kontak erat.

‘’Karena kondisi kita sekarang, beberapa tempat zona merah itu, jumlah positive rate masih tinggi. Kemudian, fatality rate 4,7 persen, masih tinggi. Itu harus diimbangi dengan tracing kontak yang masif,’’ katanya.

Masih jomplangnya tracing kontak dengan temuan kasus positif baru, kata Fikri disebabkab oleh kendala teknis dan non teknis. Untuk kendala teknis, berkaitan dengan penyiapan fasilitas untuk pemeriksaan sampel. ‘’Harapannya masing-masing kabupaten/kota bisa memberikan, mendorong rumah sakitnya minimal punya satu mesin PCR,’’ katanya.

Untuk kendala non teknisnya, kata Fikri, masih ada masyarakat yang takut dinyatakan positif Covid. Karena masih ada masyarakat yang menganggap Covid-19 sebagai stigma.

‘’Orang positif sekarang, berani mengumumkan diri. Itu bagus, bagian dari edukasi. Cepat ketahuan Covid ini dan ada pemantauan dari petugas semakin bisa cepat ditangani,’’ tandas mantan Direktur RSUD NTB ini. (nas)