Karyanya Diterbitkan Suara NTB, Iin Farliani Bangga

0

Mataram (suarantb.com) – Menekuni dunia tulis menulis di Pulau Seribu Masjid ini terbilang susah-susah gampang. Lantaran belum banyak wadah yang bisa menampung tulisan yang dihasilkan para penulis asal NTB ini.

Melihat fakta ini, sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra lokal, Suara NTB pun menggelar peluncuran buku di Taman Budaya Mataram, Kamis, 25 Mei 2017. Berisi kumpulan cerita pendek dan puisi karya penulis lokal dan luar daerah. Yang sebelumnya telah dimuat dalam rubrik Jendela Sastra Suara NTB dalam rentang tahun 2014-2015.

Salah seorang penulis yang karyanya dimuat dalam buku kumpulan cerpen ‘Mata Yang Gelap’ dan kumpulan puisi ‘Ironi Bagi Para Perenang’, Iin Farliani mengaku senang. Karena karyanya diapresiasi dengan diterbitkan dalam bentuk buku.

“Senang karya kita diapresiasi, setelah dimuat di koran yang sudah diseleksi oleh redakturnya, jadi yang masuk di buku ini lebih terbatas. Diseleksi lagi lebih ketat lagi untuk di buku ini,” ungkapnya pada suarantb.com.

Mahasiswi Jurusan Budidaya Perairan Universitas Mataram ini mengaku menekuni dunia menulis sejak di bangku SMP. Karena ketekunannya menulis, memasuki SMA karyanya berhasil lolos seleksi muat di Suara NTB. Mulai dari karya berupa opini, cerpen hingga puisi.

“Sudah ada belasan yang saya kirim, dari SMA sering dimuat opini juga. Kalau yang diterbitkan di buku ini ada satu puisi dan satu cerpen,” katanya.

Mahasiswi semester IV ini kemudian bercerita singkat tentang puisi ‘Aku dan Kata’ yang dimuat dalam buku sastra tersebut. Diakuinya inspiriasi puisi tersebut berdasarkan pengalaman penulisan puisi. Dimana seorang penulis yang telah lama absen menulis mencoba menulis kembali. Namun, ia menemukan kesulitan.

“Seperti ada jarak antara dirinya sebagai penyair dengan kata-kata yang dia tuangkan,” ucapnya.

Pegiat sastra dan Ketua Komunitas Akar Pohon, Kiki Sulistyo yang hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut juga mengakui belum banyak wadah untuk karya penulis lokal di NTB. Jendela Sastra Suara NTB menurutnya menjadi satu-satunya wadah pertama.

Ia mengharapkan pemerintah daerah bisa tergerak untuk membantu sastrawan lokal. “Seperti di Sulawesi di salah satu media lokalnya, halaman sastra dibiayai oleh pemerintah daerah. Tapi itu karena ada penyair yang kerja di sana. Saya tidak tahu itu mungkin atau tidak di sini,” sahutnya.

Untuk Jendela Sastra Suara NTB, Iin memberi masukan agar tema-tema yang ditampilkan lebih variatif. Dan agar media lokal di NTB juga bisa mewadahi karya penulis lokal. “Mungkin media-media kampus juga bisa jadi wadah untuk penulis mahasiswa,” harapnya.

Tertarik membaca karya-karya penulis lokal NTB dan penulis luar daerah baik berupa puisi maupun cerpen? Bukunya bisa didapatkan di Kantor Harian Suara NTB. (ros)