Jumlah Pengemis di Mataram Meningkat Selama Ramadhan

0

Mataram (Suara NTB) – Satgas Sosial Kota Mataram mencatat peningkatan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kota Mataram selama Ramadhan 1442 Hijriah lalu. Beberapa PMKS yang diamankan bahkan berasal dari luar Kota Mataram.

Kepala Seksi Bidang Lansia dan Anak Dinas Sosial Kota Mataram, Ridho menyebut PMKS yang ditangani selama Ramadhan sebanyak 41 orang. Antara lain 14 orang anak jalanan, satu orang gelandangan, 24 orang pengemis, satu orang penyandang disabilitas, dan satu orang terlantar.

“Kalau asalnya masih campur. Ada yang dari Lombok Barat, Lombok Tengah, bahkan Lombok Timur. Kalau yang asli Mataram rata-rata yang dari Kelurahan Gomong,” jelasnya saat dihubungi Suara NTB, Senin, 17 Mei 2021.

Meningkatnya semangat berbagi di tengah masyarakat memang menjadi salah satu pemicu bertambahnya jumlah PMKS selama Ramadhan. Kondisi tersebut sering dilihat menjadi peluang oleh masing-masing PMKS tersebut.

“Misalnya yang dari Lombok Timur itu ada penyandang tuna netra dari Desa Jenggik yang sebenarnya sudah sering kita amankan. Dia sengaja ke Mataram diantar pakai motor, dan Ramadhan kali ini kita amankan lagi dia,” jelas Ridho.

Setelah diamankan masing-masing PMKS tersebut diberi pembinaan oleh Dinas Sosial Kota Mataram. Sedangkan untuk PMKS yang berasal dari luar daerah Kota Mataram diserahkan ke Dinas Sosial Provinsi NTB untuk pembinaan, kemudian diserahkan kembali ke pemerintah daerahnya.

“Kalau sudah terlalu sering baru kita koordinasikan dengan pemerintah daerahnya. Kalau pertama masih kita yang berikan teguran langsung, tapi kalau ditemukan lagi itu langsung kita serahkan ke Provinsi,” ujarnya.

Jumlah PMKS pada Ramadhan 2021 sendiri diakui meningkat dari tahun sebelumnya. Di mana pada Ramadhan 2020 pihaknya mencatat PMKS yang ditangani hanya 34 orang terdiri dari 21 orang anak jalanan, sembilan orang pengemis, dua orang penyandang disabilitas mental, dan dua orang terlantar.

Di sisi lain, untuk anak jalanan dan pengemis disebutnya rata-rata adalah penerima manfaat program bantuan pemerintah seperti PKH (Program Keluarga Harapan). Bahkan Satgas Sosial Kota Mataram mencatat sebagian dari PMKS tersebut tergolong keluarga mampu.

“Jadi ada masalah mental juga di sini, yang pada dasarnya orangnya memang suka meminta-minta. Seperti yang dari Mataram di Gomong itu ibu-ibu menjual tisu bersama anak-anaknya, sebenarnya mereka penerima PKH,” jelasnya.

Menurutnya, pengentasan masalah PMKS tersebut memang masih menjadi tantangan utama Pemkot Mataram. Terlebih Kota Mataram sebagai Ibu Kota Provinsi sering menjadi sasaran karena mobilitas masyarkaatnya yang cukup tinggi. (bay)