Jembatan Darurat Rawan Kecelakaan, Warga Selengen Minta Dukungan Perbaikan Melalui TMMD

0

Tanjung (Suara NTB) – Jembatan lintas Desa Selengen dan Desa Gumantar, kini berstatus jembatan darurat. Jembatan itu hanya terbuat dari bambu dan papan. Akibatnya keamanan jembatan sangat rawan menimbulkan kecelakaan bagi warga yang melintas.

Hal itu diakui tokoh masyarakat Desa Selengen, Luji Hartono. Mantan Kadus Tangga ini rutin memantau kondisi jalan. Bahkan saat terjadi kerusakan, ia juga turun tangan mencari dan mengangkut bambu untuk membuat jembatan. Namun karena darurat, jembatan itu diakui sangat tidak aman bagi pengguna jembatan.

“Sangat tidak aman. Dulu hampir motor warga jatuh ke sungai, karena jembatan bambu licin. Sekarang pun, kami harus berhati-hati kalau mau melintas. Slip sedikit saja, bisa jatuh ke kali yang banyak bebatuan,” ujar Luji, Minggu, 7 Juni 2020.

Untuk diketahui, jembatan ini sudah pernah diberitakan koran ini. Jembatan rusak akibat gempa 2018. Januari 2019, warga memperbaiki dengan bergotong royong dibantu oleh Dinas PU Kabupaten. Namun jembatan kembali rusak akibat terjangan air bah pada Januari 2020 lalu. Sejak saat itulah, warga hanya memanfaatkan sumber daya seadanya untuk bisa melintasi jembatan tersebut.

Luji mengakui, warga memperbaikinya secara swadaya. Dukungan dari desa dan kabupaten tidak ada.  “Bambu yang terpasang pun saya ambil sendiri, potong sendiri, pikul pun sendiri bahkan ongkos pick up juga saya tanggung,” cetusnya.

Jembatan ini terletak di Dusun Rompi Indah (Desa Selengen) menghubungkan warga di desa itu dengan desa tetangga, Gumantar. Jika tidak diperbaiki pada musim kemarau ini, warga khawatir jembatan akan ambruk kembali pada musim hujan mendatang.

Jembatan ini dibangun pada tahun 2013 lalu dari program MP3KI. Bersamaan dengan jembatan lain dan rabat, yang menghabiskan anggaran mencapai Rp 1,5 miliar. “Yang rusak ini kisaran (pagu) Rp 500 juta lokasi. Ke depan, kalaupun Pemda menganggarkan, kami harap dimasukkan ke program TMMD TNI supaya pengerjaannya bisa lebih cepat seperti sarana di desa lain,” harap Luji.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Selengen, Sudarto, tak membantah pemdes belum maksimal terhadap perbaikan jembatan. Alasan dia, pada RKP Desa tahun 2020 yang disusun kepala desa sebelumnya, anggaran jembatan tidak dialokasikan. Sementara pada situasi saat ini, pihaknya kesulitan karena anggaran APBDes telah disesuaikan untuk pemenuhan dana Covid -19. Kedua, sambungnya, status jalan/jembatan tersebut adalah jalan kabupaten.

“Saya sudah tanyakan ke Sekdes, ternyata jembatan itu juga belum diusulkan ke Pemda. Ya kita berharap ada intervensi,” ucapnya.

Sudarto mengaku, saat gotong royong membangun jembatan darurat ia ikut terlibat. Namun saat itu, ia belum dilantik sebagai kades. Ia baru dilantik pada 30 Januari usai anggaran APBDes sudah tersusun. “Mudah-mudahan pemda bisa merespon,” imbuhnya. (ari)