Jelang Puasa, Kecuali Cabai, Harga Bahan Pokok Normal

0
Wabup KLU Danny Karter Ridawan Febrianto meninjau harga bahan pokok di Pasar Tanjung. (Suara NTB/ari)

Tanjung (Suara NTB) – Wakil Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU), Danny Karter Febrianto Ridawan, ST., M.Eng., memantau harga bahan pokok di sejumlah pasar, Jumat, 9 April 2021. Dalam pemantauan yang didampingi pejabat OPD teknis itu, wakil bupati mendapati harga komoditas relatif normal. Hanya satu komoditas yang cenderung mengalami kenaikan, yakni cabai. Dimana harga cabai didapati mencapai Rp 140 ribu per kg.

Wakil Bupati mengawali pemantauan harga sembako di Pasar Tanjung. Satu per satu komoditas yang dijual pedagang dimonitor dan dicatat. Wakil bupati menilai, harga sembako, maupun hortikultura yang diperjualbelikan masih relatif normal. Satu-satunya komoditas yang masih mengalami inflasi adalah cabai. Harga cabai meningkat sejak dua bulan terakhir dengan perkembangan harga terus mengalami peningkatan.

“Sebelumnya harga cabai berkisar di harga Rp 105 ribu per kg, sekarang harga meningkat menjadi Rp140 ribu per kg,” ucapnya.

Menurut wabup, apabila harga-harga berbagai komoditas mengalami peningkatan pada saat bulan puasa mendatang, dipastikan kondisi warga akan semakin berat. Pasalnya di saat bersamaan, warga masih dihadapkan pada dampak Covid-19.

Oleh karenanya, pihaknya pun meminta kepada OPD untuk merespon perkembangan harga pasar dengan cepat. Kenaikan harga agar langsung dilaporkan kepada dirinya selaku Ketua Tim Penanggulangan Inflasi Kabupaten. “Kenaikan harga harus cepat dilaporkan, sehingga bisa diusulkan solusi kepada Pemprov NTB atau melalui Bulog,” imbuhnya.

Harga cabai masih menjadi isu yang belum terselesaikan hingga saat ini. Menurut mantan Penyuluh Pertanian, Nana Namara, tingginya harga cabai disebabkan lebih sedikitnya ketersediaan pasokan dibandingkan kebutuhan masyarakat.

Ia pun mendorong, agar OPD terkait memaksimalkan peran penyuluh untuk memberi edukasi budidaya cabai. Penyuluhan dimaksud tidak hanya menyasar petani, tetapi juga masyarakat rumah tangga agar mengoptimalkan kawasan rumah pangan lestari. “Meskipun pensiun, saya mendampingi petani di Sokong. Hasilnya, warga setempat tidak terpengaruh oleh harga cabai karena produksi cukup untuk kebutuhan dapur,” sebutnya. (ari)