Mataram (Suara NTB) – PT. Amman Mineral telah menandatangani kontrak pembangunan smelter yang berada di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dengan China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd. (NFC) dan PT. PIL Indonesia. Konstruksi pembangunan smelter milik PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) tersebut dimulai Februari 2022 mendatang.
Investasi untuk pembangunan pabrik pemurnian emas dan tembaga tersebut sebesar Rp26 triliun dan ditargetkan rampung 2023. Jumlah tenaga kerja yang akan diserap selama masa konstruksi sebanyak 2.000 orang lebih.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Ir. Mohammad Rum, M.T., mengatakan setelah teken kontrak, maka kontraktor asal China tersebut akan memobilisasi peralatan dan membangun base camp di KSB.
“Rencana dibangun Februari 2022. Kemudian akan selesai 2023. PT. Amman sudah rencanakan investasinya sekitar Rp26 triliun,” sebut Rum dikonfirmasi Suara NTB, Minggu, 12 Desember 2021.
Rum mengatakan smelter yang dibangun kapasitasnya lebih kecil dari rencana awal 1,3 juta ton per tahun menjadi 900 ribu ton per tahun. Nantinya, bukan hanya hasil tambang AMNT di KSB yang bisa diolah di smelter tersebut. Tetapi, kata Rum, hasil tambang dari PT. Sumbawa Timur Mining di Dompu bahkan luar NTB bisa diolah di KSB.
Keberadaan smelter ini, lanjut Rum, akan menarik investasi lainnya di KSB. Sehingga, keberadaan smelter ini akan memiliki dampak ekonomi bagi NTB ke depannya. “Selain smelter juga akan ada pembangunan bandara. Dampaknya akan sangat luar biasa,” tandasnya.
Untuk itu, Pemprov NTB akan berupaya membantu dan memfasilitasi investor jika menghadapi hambatan di lapangan. Jika hambatan tersebut berkaitan dengan kewenangan Pemprov NTB, Rum memastikan dalam hitungan hari dapat terselesaikan. “Kalau ada yang berhubungan dengan kewenangan pemerintah pusat kita bantu dan fasilitasi,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., menyebutkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi lebih dari 2.000 orang. Mulai dari tenaga kerja paling bawah sampai tenaga ahli bidang konstruksi pembangunan smelter.
“Hasil pemetaan kemarin, tahapan konstruksi ini kebutuhannya sekitar 2.000-an tenaga kerja. Ada tahapan, tidak sekaligus,” kata Aryadi.
Dalam tahap konatruksi, akan banyak menyerap tenaga kerja lokal. Namun, ada juga tenaga ahli yang akan didatangkan kontraktor dari luar untuk pembangunan smelter ini. Namun, kata Aryadi, akan ada transfer knowledge nantinya.
Sementara itu, untuk tahap operasionaal smelter diperkirakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 4.000 orang lebih. Bahkan, kata Aryadi, akan berkembang juga industri turunan seperti pabrik semen dan pupuk yang akan menyerap banyak tenaga kerja.
“Ini yang diantisipasi. Smelter ini akan memicu industri turunan. Misalnya ada pabrik pupuk dan semen. Ini juga diantisipasi sejak awal. Sehingga pekerja lokal bisa menjadi pelaku utama di sana,” ujar mantan Kepala Diskominfotik NTB ini. (nas)