Insiden Tawuran Pelajar, Sekolah Harus Perkuat Penanaman Nilai Karakter

0

Mataram (Suara NTB) – Tawuran pelajar SMA sederajat yang terjadi di Praya Kabupaten Lombok Tengah pada Senin, 6 September 2021 menjadi sorotan banyak pihak. Sekolah didorong memperkuat penanaman nilai karakter siswa di tengah situasi pandemi Covid-19 dan pembelajaran tatap muka yang hanya bisa dilaksanakan secara terbatas.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) NTB, Yusuf pada Selasa, 7 September 2021 mengatakan, menyikapi insiden tawuran tersebut, PGRI berpendapat karena kejadian ini berada di luar sekolah dan di luar jam sekolah, maka anak sudah menjadi tanggung jawab atau peran orang tua. Namun yang menjadi sorotan komunikasi sekolah dengan orang tua siswa, mengingat saat ini sedang di masa pandemi Covid-19.

Yusuf menegaskan, pihak sekolah jangan hanya menyampaikan materi ajar saja, tetapi juga mengutamakan penanaman nilai-nilai karakter. Di samping itu juga pihak sekolah harus memberikan pengawasan sejak anak keluar sekolah, untuk memberikan rasa aman dan nyaman. “Pentingnya komunikasi antar sekolah dan orang tua dalam pembinaan anak-anak. Selanjutnya  apakah anak sudah pulang atau belum sesuai SOP Covid-19,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), yang juga dari Serikat Guru Mataram, Mansur mengatakan, insiden tawuran antar pelajar yang terjadi di Lombok Tengah dapat dilihat dari dua sisi berbeda. Dari sisi siswa, akibat Pandemi Covid-19 telah memaksa mereka untuk Belajar dari Rumah (BDR) sehingga kontrol karakter dari guru semakin lemah dan beberapa siswa mengalami kejenuhan di rumah.

Di sisi yang lain, lanjut Mansur, kembali ke sekolah dengan pola Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas ternyata juga tidak bisa langsung efektif sesuai harapan semua pihak. “Penerapan protokol kesehatan yang ketat dan terbatasnya waktu pertemuan tidak cukup memberi ruang untuk aktivitas pembelajaran yang baik,” ujarnya.

Mansur menjelaskan, pada situasi inilah masalah kesalahan komunikasi di media sosial sedikit saja bisa menjadi masalah besar bagi siswa, dan mungkin berakibat tawuran massal. Menurutnya, yang lebih berbahaya adalah aksi lanjutan yang mungkin terjadi. Karena itu, guru dan pihak sekolah harus ekstra dalam melakukan pembinaan kepada siswa dan berusaha secepat mungkin untuk membuat siswa sibuk belajar dengan berbagai aktivitas menyenangkan di sekolah.

“Hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah sekolah harus tetap menjalin kerja sama dengan orang tua siswa mengingat sebagian besar waktu anak masih berada di rumah,” pungkas Mansur.

Sebelumnya, Kepala Dinas Dikbud NTB, Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., menyayangkan kejadian tawuran tersebut. Pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan KCD dan kepala-kepala sekolah di sekitar lokasi kejadian. Ia meminta mereka melakukan koordinasi untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak merembet ke mana-mana, serta stabilitas pembelajaran di sekolah tetap bisa berjalan.

“Saya menyayangkan kejadian tersebut terjadi pada kondisi sekarang ini. Saya minta kepala-kepala sekolah agar mengatensi dengan sungguh-sungguh dan serius agar tidak terjadi lagi. Bagi anak-anak yang terlibat agar dilakukan pembinaan dan pengawasan di sekolah maupun luar sekolah,” tegas Aidy. (ron)