IKM Lokal KLU Produksi Disinfektan Organik Ramah Lingkungan

0
Disinfektan organik produksi Al Amin Pemenang KLU. (Suara NTB/ist)

Penyemprotan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus Corona tidak selamanya berdampak positif, khususnya bagi manusia. Di tengah kekhawatiran itu, Industri Kecil Menengah (IKM) lokal KLU lantas berinovasi membuat bahan baku disinfektan yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya.

Adalah IKM Al Amin, Dusun Karang Bedil, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, sanggup membuat disinfektan yang aman bagi kulit dan pernafasan. IKM yang dibina oleh Zulhadi, A.Md. AK., itu memproduksi sabun cair, sabun padat, dan handwash. Bahan-bahan itu umumnya diperlukan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penyemprotan disinfektan mencegah pandemi Covid-19.

“Disinfektan untuk Covid banyak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Kami berinovasi mengganti ke organik,” ungkap Zulhadi kepada Ekbis NTB, Minggu, 12 April 2020.

Produksi disinfektan organik itu tidak lepas dari Zulhadi sendiri. Basis keilmuannya Analis Kimia dengan konsentrasi naturalisasi protein, sehingga ia paham bagaimana meracik bahan baku sekitar menjadi bahan anti virus. Namun dalam mencampur bahan, ia masih melakukannya sendiri. Kaum ibu atau anggota IKM terlibat pada pembuatan bahan baku saja.

Sebelum membuat disinfektan, ia lebih banyak bergelut di pembuatan minyak kelapa. Bahan baku itu kemudian diolah menjadi sabun mandi, deterjen (sabun cuci), hingga handwash. Karena bahannya ramah lingkungan, dampak yang ditimbulkan pun tidak mencemari lingkungan seperti sabun lainnya.

Produksi Al Amin dipasarkan dengan merk dagang Sabun Al Amin. Sabun ini telah terbukti dan diakui karena memenangkan lomba di Bali pada tahun 2014.

Zulhadi juga pernah melatih pembuatan sabun sampai ke Pulau Sumbawa. Sedangkan untuk KLU sendiri, ia menjadi katalis bagi aktivitas ekonomi masyarakat di beberapa dusun. Ia melibatkan kaum ibu untuk membuat minyak, selanjutnya bahan itu ia olah menjadi sabun organik.

“Jadi satu sabun bisa untuk semua, dari mandi, cuci piring, cuci baju maupun untuk disinfektan. Saya ciptakan satu sabun komplit agar masyarakat tidak khawatir,” ungkapnya.

Ia membandingkan Sabun Al Amin dengan merk lain dari cara kerja. Sabun cair (handwash) Al Amin, dapat digunakan selayaknya hand sanitizer. Dalam keadaan tidak ada air, maka handwash organik dapat digunakan untuk membasuh tangan. Saat ada air, barulah dicuci untuk selanjutnya tangan digunakan untuk menjamah makanan.

Handwash ini sangat aman dan irit. Aman karena kita tidak mencampur dengan bahan kimia. Semuanya dari limbah di sekitar kita,” katanya.

Untuk keperluan pencegahan Covid -19, Zulhadi mengaku sudah meramu disinfektan sendiri. Bahan ini disiapkan dengan berbagai ukuran, dari 500 ml sampai 10 liter. Bahan juga disiapkan dari cair hingga padat.

“Untuk harga kita bisa kontrol, misalnya Rp 5.000 untuk 500 ml. Seperti Satgas Desa Sokong, mereka membeli Rp 200 ribu untuk 10 liter kental. Itu bisa dilarutkan di rumah sampai 20-30 liter, sehingga bisa dibagi ke masyarakat dalam jumlah banyak,” paparnya.

Saat ini, IKM Al Amin mampu memproduksi sekitar 100 liter per hari. Tergolong minim untuk ukuran kebutuhan disinfektan saat ini. Namun volume itu cukup besar jika disandingkan dengan kebutuhan usaha kecil skala kabupaten.

IKM Al Amin juga siap apabila digandeng bekerjasama oleh pemerintah dalam menyiapkan bahan baku disinfektan. Meski sejauh ini, Zulhadi masih memasarkan produk secara online maupun menjual di kelompok komunitas dengan tujuan kegiatan sosial. “Satgas Covid KLU sempat menghubungi dan kami siap bantu. Sebelum Satgas, produk ini tetap disemprot di anggota himpunan IKM. Kita sediakan solusi ke pemerintah dengan harga murah dan jauh lebih aman secara dampak lingkungan,” tandasnya. (ari)