45 Warga Terjaring Razia Trantib di Ampenan Tengah

0

Mataram (suarantb.com) – Sebanyak 45 warga di Kelurahan Ampenan Tengah, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, terjaring razia KTP, Sabtu, 15 Oktober 2016, dini hari. Razia dilakukan untuk menertibkan warga yang memiliki masalah dengan dokumen kependudukan

Puluhan petugas Trantib melakukan razia setiap lokasi kos-kosan di Ampenan Tengah. Satu per satu kos-kosan didatangi untuk memeriksa KTP warga. Hasilnya, sebanyak 45 warga memiliki masalah dengan dokumen kependudukan.

Beberapa warga yang telah lama tinggal di Ampenan Tengah, namun pada KTP tercantum lokasi domisili yang berbeda. Razia dimulai dari Lingkungan Sukaraja Mujahidin hingga ke Pantai Ampenan.
Lurah Ampenan Tengah, Hasbullah mengatakan, razia tersebut merupakan razia KTP, senjata tajam, dan minuman keras.

razia1

“Malam ini sasarannya KTP, Sajam, dan miras. Untuk warga yang terjaring hanya dilakukan tindakan peringatan dan himbauan. Tapi kalau ketemu sekali lagi, maka akan ditindak dengan denda,” ujarnya.

Sempat terjadi pertengkaran dengan warga yang tidak ingin dirazia, namun beruntung petugas berhasil menenangkannya. Di wilayah berbeda, petugas menemukan beberapa warga yang mengkonsumsi tuak. Pantauan suarantb.com, seorang warga sempat membatah jika sedang mengkonsumsi tuak. Namun setelah ditelusuri, ternyata tuak tersebut telah dibuang di sebuah sungai.

Petugas juga melakukan razia di Pantai Ampenan, karena mensinyalir ada aktivitas transaksi narkoba di lokasi. Namun setelah di lokasi tidak ditemukan apa-apa. Diduga razia tersebut bocor duluan, sehingga oknum-oknum yang diduga hendak transaksi telah duluan mengamankan diri.

razia

Kepala Trantib, Yusuf Hidayat Sahidin, S.IP mengatakan, razia akan dilakukan rutin guna membina warga untuk mengurus dokumen kependudukan yang bermasalah. Selain itu agar masyarakat dapat aman dan nyaman di lingkungan sekitar.

“Razia akan kita lakukan rutin. Kemarin kita juga mendapatkan seorang pasangan di luar nikah sedang berbuat mesum. Akhirnya kita bawa di Polsek Ampenan, dan dipanggil kedua orang tuanya. Hal tersebut untuk menjaga ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat,” ungkapnya. (szr)