Hasil Tes Cepat Covid-19, Enam Sopir Taksi Reaktif

0
H. Lalu Herman Mahaputra. (Suara NTB/dok)

Mataram (Suara NTB) – Sejumlah enam sopir taksi konvensional dan satu staf Inspektorat Kota Mataram, reaktif. Hasil ini setelah 34 orang menjalani pemeriksaan kesehatan dengan metode tes cepat (rapid test) virus Corona. Penularan melalui transmisi lokal perlu diwaspadai.

Mereka yakni M (48) beralamat di Jalan Raya Pengadang, Praya, Pengadang Selatan, Kabupaten Lombok Tengah, NH (48) beralamat di Montong Pace Raya II Jatisela, F (49) asal Lingkungan Bengkel Kelurahan Ungga, Praya Barat Daya , Lombok Tengah, IWS (47) asal Perumahan Meninting Utama, Desa Meninting, Kabupaten Lombok Barat, A (34) asal Pejeruk Bangket,Kelurahan Pejeruk, Ampenan. LMH asal Jalan Dukuh Saleh, Pejeruk, Ampenan. Dan, BSMEY (41) merupakan pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika beralamat di Jalan Udayana Gang Ekajaya, Lingkungan Udayana.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, dr. H. Lalu Herman Mahaputra menjelaskan, tes cepat virus Corona atau rapid test terhadap sopir taksi konvensional dan dalam jaringan (daring) setelah adanya kemungkinan terpapar transmisi lokal. Meskipun, rencana ini sempat dipertanyakan oleh Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Dari hasil pemeriksaan cepat tujuh dari 34 orang reaktif.

“Sopir taksi ini kan luput dari pandangan kita. Saya langsung berpikir ke arah sana dan minta izin untuk melakukan pemeriksaan,” kata dr. Jack dikonfirmasi via ponselnya, Rabu, 29 April 2020.

Sopir taksi memiliki resiko terpapar transmisi lokal. Mereka tidak pernah ke daerah pandemi. Di satu sisi, mereka juga tidak mengetahui kondisi kesehatan penumpang. “Mereka tidak pernah tahu kondisi penumpang yang dibawa. Ada penumpang ya diangkut,” jelasnya.

Jack yang juga Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) NTB, meminta Litbangkes Kementerian Kesehatan mengirimkan reagen. Stok reagen di rumah sakit rujukan tidak ada. Reagen di RS Unram jumlahnya terbatas. Dia mengkhawatirkan meningkatkan kasus transmisi lokal justru tidak diimbangi dengan ketersediaan alat untuk mengecek kondisi pasien.

“Tolonglah Litbangkes kementerian mengirim reagen. Reagen yang kita punya ini sisa. Ndak bisa lagi kita mau periksa orang kalau tidak ada alat itu,” ujarnya.

Enam sopir reaktif diminta isolasi secara mandiri atau fasilitas disiapkan oleh pemerintah. Namun, ada juga pasien berasal dari luar Kota Mataram, sehingga perlu dikoordinasikan dengan tim gugus tugas setempat.

Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatanan Penanganan Covid-19 Kota Mataram, I Nyoman Suandiasa menambahkan, selain enam sopir taksi, satu pegawai Inspektorat Kota Mataram juga reaktif. Pasien memiliki riwayat kontak erat dengan pasien HS klaster Gowa yang sebelumnya positif Covid-19.

“Istri dari staf saya yang reaktif. Kebetulan yang bersangkutan pegawai di Inspektorat,” jelasnya. Nyoman yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika sudah menginformasikan kepada yang bersangkutan untuk mengisolasi diri secara mandiri atau di Wisma Nusantara. (cem)