Harga Minyak Goreng di Lotim Melambung, Penjualan Minyak Kelapa KLU Turun 85 Persen

0
IKM di KLU sedang membuat minyak kelapa. Saat harga minyak goreng kemasan mahal, harga minyak kelapa di KLU justru turun. (Suara NTB/ari)

Selong (Suara NTB) – Harga minyak goreng di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) melambung. Berdasarkan hasil survei terakhir di pasar-pasar tradisional di Lotim, harga minyak goreng tembus Rp 17-19 ribu per liter.

Lonjakan harga salah satu kebutuhan pokok ini diakui Kepala Dinas Perdagangan, Hj. Masnan.

Kepada SuaraNTB, Selasa, 23 November 2021  Hj. Masnan mengatakan kenaikan minyak goreng mengalami kenaikan signifikan. “Sampai saat ini belum stabil,” ucapnya.

Diakuinya, setelah mengikuti rapat koordinasi nasional (Rakornas) yang dipimpin Menteri Perdagangan pekan lalu, kenaikan harga minyak goreng ini terjadi secara global. Alasannya,permintaan untuk industri meningkat.

Hukum pasar permintaan lebih tinggi dari penawaran. Dari survei di 15 pasar tradisional yang ada di Lotim ini juga memperlihatkan kenaikan terus. Permintaan permintaan  cukup tinggi. Utamanya dari pelaku usaha kecil mikro dan menengah yang membuat jajan dan penganan. “Sebelumnya hanya beli 1 liter per hari sekarang menjadi dua liter,” sebutnya.

Kadis Perdagangan ini pun mendorong terus digalakkan industralisasi kelapa menjadi minyak. “Saya sendiri juga condong ke minyak kelapa atau minyak jeleng (bahasa Sasak),” sebut Hj. Masnan.

Pihaknya menjamin kelancaran distribusinya. Terus berkolaborasi dengan provinsi untuk menstabilkan harga dan dalam waktu dekat akan coba digelar operasi pasar.

Para pelaku usaha ini banyak mengeluhkan soal kenaikan harga minyak ini. Anan mengeluhkan soal kenaikan harga minyak.

Lonjakan harga minyak ini diakui cukup terasa di Lotim. Distribusi minyak goreng dari produsen ke Lotim cukup jauh. Hal ini juga menjadi pemicu harga yang relatif lebih mahal dibandingkan daerah produsen.

Meski demikian, ada sejumlah masyarakat yang membuat minyak goreng dari kelapa. Seperti di  Masbagik yang dilihat terus nemproduksi minyak goreng dari kelapa.

Kenaikan harga minyak goreng curah maupun kemasan membuat minyak goreng kelapa bisa bersaing. Minyak goreng kelapa ini cukup laku.

Sementara di Kabupaten Lombok Utara (KLU), pelaku UMKM minyak goreng (kelapa) masih merasakan dampak rendahnya gairah pasar akibat Covid 19. Dalam 3 bulan terakhir, penjualan minyak goreng turun sampai 85 persen.

Ketua IKM Manfaat Nyiuh Daya (MND) Sokong, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Raden Sukawati, Selasa, 23 November 2021 mengakui, penurunan minat pasar masih dialami IKM minyak goreng. Selaku sentra distributor, MND Sokong belum dapat menambah daya serap transaksi dari kelompok binaan yang tersebar di 5 kecamatan.

“Pasar masih belum stabil. Tiga bulan terakhir serapan kami di kelompok binaan turun drastis. Kalau normal, pembelian bisa 100-150 liter per kelompok, sekarang hanya 15-20 liter,”  akunya.

Sukawati mengakui, keberadaan WSBK di Mandalika Lombok Tengah juga belum berdampak terhadap IKM di Lombok Utara. Kendati sejak awal diharapkan, ramainya tingkat kunjungan akan mempengaruhi permintaan pasokan bahan baku makanan dan minuman.

Demikian pula, penjualan dari VCO (virgin coconut oil) belum menyasar IKM yang beroperasi jauh di luar sirkuit seperti Lombok Utara.  “Untuk promosi VCO, katanya produk kami dibawa. Tetapi kami tidak dilibatkan oleh instansi terkait di provinsi ataupun kabupaten,” sambungnya.

Meski pasar dalam keadaan sepi, MND Sokong sebagai induk IKM minyak goreng, tetap berupaya menjaga semangat kelompok binaan. Secara berkala, MND melakukan pembinaan kepada kelompok guna memperkuat kualitas hasil produksi. (rus/ari)