Geliat Pengolahan Sampah TPS3R, Kesulitan Biaya Operasional, Honor Rp300 Ribu

0

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Remaja Peduli Lingkungan (Repeli) Desa Gondang, cukup berperan dalam mengendalikan sampah rumah tangga. Sayangnya, kapasitas pengelolaan dan produksi sampah membuat usaha KSM Repeli belum optimal.

KSM Repeli Desa Gondang, dipercaya mengelola Tempat Pengolahan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (menggunakan, mengurangi dan mendaur ulang) sampah yang dihasilkan rumah tangga. KSM yang menempati lahan Pemda itu, tetap mengolah dan memproduksi pada kapasitas terbatas. Sebulan, olahan sampah organik berkisar 500 kg.

Ketua KSM Repeli – TPS-3R, Dwi Sandi, Kamis, 24 Juni 2021 mengakui, tetap memproduksi sampah organik sesuai kemampuan. Saat ini YPS 3R dikelola oleh 22 orang unsur Pemuda Desa Gondang. Terdiri dari, 3 orang pengurus inti, 3 orang staf administrasi, 4 penyuluh, 2 orang staf unit usaha ekonomi, serta 10 orang pegawai hanggar.

Sejak dipercaya mengelola TPS 3R, KSM Repeli tak pernah libur mengumpulkan, mendaur ulang, atau menggunakan kembali sampah yang dikelola. Produksi sampah anorganik diolah menjadi ecobrick, dijual kembali, serta dibuat berbagai model kerajinan hasil kreativitas anggota KSM. Sedangkan sampah organik, diolah menjadi pupuk kompos untuk selanjutnya dijual ke masyarakat seharga Rp 2 ribu per kg (kemasan produk 5 kg).

“Selama ini kami menjual pupuk organik ke masyarakat, belum berkontrak dengan perusahaan. Untuk bulan kemarin, dibeli semua oleh Dinas LH untuk penghijauan,” ujar Sandi.

Kapasitas olahan yang relatif sedikit membuat hasil produksi juga rendah. Dalam sebulan, KSM Repeli memproduksi pupuk antara 150-200 kg. Kapasitas produksi sangat bergantung dari periode kematangan pupuk untuk siap digunakan.

“Hasil penjualan masih sedikit, belum mampu menutup operasional. Kami terbantu oleh iuran masyarakat (pelanggan) yang kami angkutkan sampahnya,” sambungnya.

Produksi olahan sampah TPS3R Gondang belum sepenuhnya layak menjadi sebuah usaha ekonomi. Sebab biaya produksinya masih lebih besar. Namun secara manfaat bagi lingkungan, kegiatan KSM semacam ini perlu diperluas karena potensinya cukup besar.

Di KSM Repeli, biaya operasional ditopang oleh iuran per KK pelanggan 15 ribu per bulan. Dari seluruh pelanggan, terkumpul Rp 3,3 juta per bulan. Dana tersebut ditambah hasil penjualan kompos antara Rp 300 ribu atau lebih, untuk membiayai biaya tetap.

Biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi, BBM (solar) listrik mencapai Rp 900 ribu. Sementara honor tenaga, masih sangat minim dibandingkan honor tenaga kontrak dari pemerintah daerah.

“Honor tenaga hanya Rp 300 ribu per orang. Mereka bekerja pagi sampai siang, selama 4 hari seminggu,” sambungnya.(ari)