Penambangan Liar Gunung Prabu Ancam Kawasan Konservasi

0
Aktivitas tambang liar di Gunung Prabu Kecamatan Pujut Lombok Tengah yang berbatasan dengan kawasan konservasi. Petugas BKSDA berusaha menjaga agar aktivitas ilegal itu tidak masuk dalam kawasan. (Suara NTB/why)

Mataram (Suara NTB) – Aktivitas penambangan liar di Gunung Prabu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah tidak saja berbahaya bagi kelanjutan pariwisata, juga jadi ancaman bagi Taman Wisata Alam (TWA). Penambang mulai berusaha masuk ke dalam kawasan konservasi itu namun diusir petugas.

‘’Pernah ada yang masukkan alat berat, tapi keburu ketahuan, langsung dikeluarkan,’’ kata Kepala BKSDA Provinsi NTB, Ari Subiantoro menjawab Suara NTB, Selasa, 26 Februari 2019. Ia sendiri tidak tahu persis soal cadangan emas yang jadi alasan alasan warga dan oknum pengusaha tambang liar masuk ke kawasan itu. Tapi apapun alasannya, menggarap TWA selain untuk tujuan pelestarian merupakan tindak pidana.

‘’Kami tegas, tidak ada yang boleh masuk dalam kawasan,’’ tandasnya. Ada empat petugas yang ditempatkan untuk menjaga  kawasan konservasi seluas 8.200 hektar tersebut. Memastikan tidak ada alat berat atau alat manual lain yang menggali lubang untuk mengeruk tanah  yang diyakini mengandung bijih emas.

Ia membantah informasi yang berkembang bahwa aktivitas penambangan itu masuk dalam kawasan konservasi. TWA itu bersebelahan dengan Kawasan Ekonomi  Khusus (KEK) Mandalika dan berbatasan dengan Gunung Prabu.  Pihaknya sudah mengecek langsung ke lapangan setelah ada kabar yang menyebut TWA masuk dalam aktivitas galian tambang liar.

“Tidak ada satu pun yang masuk,  sudah kita cek lapangan. Kalaui coba masuk, langsung kita keluarkan, kita usir dari kawasan,” ujarnya.

Menurut Ari Subiantoro, langkah tegas selama ini ditempuh untuk menjaga kawasan konservasi tetap steril dari kegiatan penambangan liar atau aktivitas terlarang lainnya.  Tidak saja langkah tegas, namun upaya persuasif ditempuh dengan pendekatan kepada masyarakat. Pihaknya membentuk forum masyarakat yang bisa berkolaborasi menjaga kawasan agar tetap lestari dengan flora dan fauna di dalamnya.

‘’Masyarakat di sana kita jadikan sebagai subjek. Mereka harus ikut menjaga. Kita sudah minta bantuan kepada  masyarakat untuk sama sama menjaga,’’ tutupnya. (ars)