Aksi KJJL, Jalan-jalan Demi Kesehatan dan Persahabatan

1

Mataram (Suara NTB) – Setiap akhir pekan, komunitas yang beranggotakan alumni SMA Negeri 1 Mataram angkatan tahun 1980-an ini, rutin melakukan jalan-jalan bersama. Aktivitas itu, ditujukan untuk menjaga kesehatan. Selain demikian, kegiatan tersebut juga dijadikan sarana bertemu dan  berkumpul demi merawat persahabatan.

Para alumni yang berasal dari berbagai kalangan, menyatu dan bercanda seperti pada zamannya semasa SMA. Mulai dari kalangan pengusaha, anggota dewan, ibu – ibu PKK, sampai pejabat teras melepas kepenatan dengan persentuhan senda gurau dan kelakar jenaka. Tidak ada istilah pimpinan atau atasan maupun kacung atau anak buah. Sejenak, semua melepas seragam dan melupakan jabatan masing – masing.

“Ini memang menjadi ajang silaturahim antar kawan – kawan alumni satu SMA dulu. Komunitas ini berdiri sudah lebih dari lima tahun. Dan hiking sederhana ini menjadi kegiatan mingguan dari dulu,” tutur Bambang Kusyanto selaku koordinator KJJL, usai jalan-jalan di Bukit Korea, Gunung Sari, Lombok Barat, Sabtu Sore.

Kegiatan jalan-jalan memang dilakukan guna memacu keringat untuk menciptakan kebugaran. Aktivitas olahraga tersebut menjadi tali pengikat pertautan relasi persahabatan. Jalan-jalan yang diselenggarakan setiap Sabtu Sore itu diposisikan sebagai pemikat untuk berkumpul.

Orang – orang yang terlibat dalam kegiatan jalan-jalan, sebetulnya tidak hanya berasal dari kalangan para sahabat semasa SMA saja. Namun, ada pula alumni yang membawa sanak familinya masing – masing. Komunitas, tidak membatasi keterlibatan individu tertentu untuk mengikuti kegiatan secara intens.

“Ada yang bawa anak, istri dan kerabatnya juga. Dan kita tidak melarang. Justru kita semakin senang, karena semakin banyak teman kita jalan-jalan maka semakin terasa meriah kegiatannya,” kata Bambang.

Aktivitas jalan-jalan yang mirip – mirip jalan sehat ini dimulai dari kediaman Bambang Kusyanto. Letaknya di Kawasan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. Para peserta mulai berjalan, menyusuri jalan di perdesaan. Setelah itu, masuk ke area perkebunan yang dikelola warga setempat. Rombongan harus turun – naik tebing di lereng bukit Korea.

“Rutenya sudah ditentukan, setiap kegiatan jalurnya beda – beda, supaya tidak bosan. Dan tidak hanya menyusuri lereng bukit korea, kadang – kadang kita mengitari bukit Guntur Macan juga,” jelasnya.

Kearifan Lokal

Dari perjalanan singkat menyusuri bukit dan perkampungan warga itu, banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik. Salah satunya menyangkut tentang kearifan lokal. Tradisi bertegur sapa yang menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat suku sasak di Pulau Lombok, terasa masih sangat kental. Tradisi yang menjadi bagian dari kekayaan masyarakat sasak tersebut masih bertahan sebagai identitas mereka.

Setiap orang yang dirasa asing bertegur ketika melintasi perkampungan penduduk, akan disapa keramahan mereka. Saling bertukar senyum dan berjabat tangan telah menjadi kebiasaan. Lebih – lebih bagi orang – orang yang telah saling mengenal. Meski dengan sarana dan prasaran seadanya, warga selalu mempersilakan orang untuk mampir di rumah mereka. Hal itu menjadi bentuk jamuan hangat terhadap siapa saja yang melintas di dekat kediaman mereka.

Tradisi bertegur sapa menjadi begitu subur, yakni untuk mempertahankan persahabatan antar sesama. Disamping itu, kebiasaan itu terbangun sebagai bentuk pembuktian bahwa; orang tak dikenal masuk ke perkampungan warga benar – benar tidak membawa niat yang buruk. Orang tak dikenal memberitahukan keberadaannya dengan cara bertegur. Tujuannya untuk membuktikan bahwa kedatangannya tidak membawa maksud yang negatif (mencuri atau bahkan mencederai orang lain).

“Iya. Kearifan lokal penduduk di setiap perkampungan masih sangat kental. Kita salut dan bangga dengan hal seperti itu. Setiap melintas di permukiman mereka, kita merasa seperti disambut dengan hangat,” ujar Bambang, pemilik Yankees Advertising ini.

Lika – liku perjalanan, keluar kampung masuk masuk ladang telah menjadi hal yang biasa. Karena tidak memiliki niatan yang negatif, maka tidak ada satu pun warga yang menghalangi perjalanan dan kegiatan mereka.

Bakti Sosial

Salah satu agenda yang tak kalah penting untuk diselenggarakan komunitas ini ialah kegiatan Bakti Sosial (Baksos). Komunitas ini akan menyelenggarakan baksos di Desa Sembalun pada pertengahan April mendatang. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun, sebab mereka beranggapan bahwa warga di pelosok masih sangat memerlukan bantuan.

“Rencananya tanggal 22 april di Sembalun kita Baksos. Tahun lalu sudah kita lakukan. Memang setiap tahun, ini menjadi agenda penting bagi kita,” terangnya.

Kegiatan baksos diwujudkan dengan membagikan sembako dan santunan untuk warga miskin. Mengingat, penduduk di pelosok – pelosok daerah NTB masih terkungkung dibawah garis angka kemiskinan. Donasi yang disumbangkan kepada warga miskin, biasanya berasal dari hasil penggalangan dari kalangan anggota komunitas.

Jumlahnya berkisar mulai dari angka ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Donasi dikumpulkan menjadi satu dan dibagikan secara serentak. Kegiatan baksos dilakukan agar komunitas tersebut memiliki kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat. (met)