Dompu (Suara NTB) – Rencana pemkab Dompu memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk kegiatan Katente (Sarungan) dan Saremba Tembe (menyelempangkan sarung), optimis bisa tercapai.
Pemecahan rekor baru ini bagian dari kegiatan Festival Pesona Tambora (FPT) tahun 2017 untuk membangkitkan budaya masyarakat dan mempromosikan sarung Nggoli Dompu.
Parade Katente dan Saremba Tembe yang akan memecahkan rekor Muri ini akan dilangsungkan pada 1 April 2017 mendatang dan akan diawali dengan tari kolosal Saremba Tembe di lapangan beringin Setda Dompu. Persiapan kegiatan ini tengah dipacu, mulai dari proses latihan para penari hingga kesiapan peserta.
Bupati Dompu, Drs. H. Bambang M. Yasin dan ibu Bupati, Hj Eri Ariani langsung memimpin latihan bersama tari Saremba Tembe di lapangan beringin Setda Dompu yang dipandu Fahruddin, S.Pd, Jumat, 10 Maret 2017.
Tari Saremba Tembe ini diikuti jajaran pegawai lingkup pemerintah Kabupaten Dompu dengan mengenakan sarungan Nggoli dan menyelempangkan sarung Nggoli.
“Kegiatan ini selain untuk menyemarakkan Festival Pesona Tambora tahun 2017, juga untuk membangkitkan kebudayaan Dompu dan yang terpenting, mempromosikan Tembe Nggoli sebagai karya masyarakat Dompu,” kata H. Bambang M. Yasin.
Bupati pun mengaku optimis untuk memecahkan rekor Muri untuk kegiatan yang dilangsungkan 1 April 2017 mendatang ini. Rekor ini sebelumnya dicatatkan oleh Kabupaten Ngawi Jawa Timur dengan jumlah peserta 6.300-an orang. Apalagi Dompu sebelumnya telah mencatatkan rekor baru di Muri untuk perempuan berbusaha Rimpu dengan jumlah peserta 13.009 orang pada 1 April 2015 lalu.
Katente tembe dan saremba tembe merupakan salah satu cara berpakaian rakyat muslim Dompu tempo dulu. Pakaian ini untuk menutup aurat saat ke sawah, kebun dan bahkan dalam kehidupan sehari. Selain mengenakan sarung, para lelaki dewasa juga mengenakan celana pendek. Ketika tiba waktu shalat, para lelaki inipun bisa langsung menunaikan ibadah dan tidak khawatir akan ketinggalan waktu shalat.
Begitu juga dengan saremba tembe dilakukan para lelaki Dompu dulu. Sarung yang diselempangkan juga memiliki fungsi ganda, selain sebagai sarung untuk melaksanakan shalat lima waktu dan hajatan, juga difungsikan sebagai pengganti tas untuk membawa makanan maupun isi kebun saat pulang ke rumah.
Seiring kemajuan zaman, sarungan kini telah menjadi budaya nasional yang tidak hanya ada di Dompu. Saremba tembe juga sudah beralih menjadi model berbusana, sehingga tidak lagi mengenakan sarung, tapi ada potongan kain tersendiri. Sementara fungsinya telah tergantikan oleh adanya tas dan lainnya.
Saremba tembe ini juga akan diperagakan dalam tarian kolosal yang diikuti oleh peserta parade pawai sarembe tembe yang akan memecahkan rekor Muri, 1 April 2017 mendatang. Tarian kolosal saremba tembe yang digagas langsung oleh H. Bambang M. Yasin dan Fakhruddin ini menggambarkan kegembiraan masyarakat Dompu setelah sukses memanen hasil pertaniannya seperti jagung. Tarian yang diiringi lagu daerah Haju jati ini akan berlangsung selama lima menit dan Jumat, 10 Maret 2017 langsung diperagakan Bupati beserta jajarannya.
Kepala bidang Promosi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu, Dr Nuril Furkan, M.Pd kepada Suara NTB, mengungkapkan keoptimisan pihaknya dalam menyukseskan FPT 2017 dan pemecahan rekor Muri untuk katente dan saremba tembe yang akan dilaksanakan pada 1 April 2017. Para peserta pun sudah mulai mengambil nomor dada peserta mulai 20 Maret 2017. Rute perjalanannya mulai dari lapangan beringin Setda dan finish di lapangan Karijawa Dompu.
“Target kita untuk peserta 15 ribu orang, tapi kalau hasil ceklist kita bisa sampai 20 ribu orang peserta. Jadi kita optimis bisa pecahkan rekor Muri,” ungkapnya.
Untuk kesiapan itu, Nuril mengaku, pihaknya telah mengkoordinasikannya dengan pihak Muri dan sudah ada kesiapan untuk hadir ke Dompu dalam event parade katente dan saremba tembe.
“Kalau dari pihak Muri sudah ACC, tinggal tunggu pembiayaan saja. Karena kehadiran mereka menjadi tanggungjawab penyelenggara,” terangnya. (ula/*)