Mataram (Suara NTB) – Untuk menggeliatkan kembali ekonomi dan industri pariwisata khususnya bidang fesyen di Provinsi NTB, kegiatan Lombok Sharia Festival (LSF) 2021 digelar lagi. Dengan mengangkat tema “Wearing Sasambo Tenun” LSF kali ini digelar di Atrium Lombok Epicentrum Mall (LEM) dari tanggal 8-10 Oktober 2021.
Produk utama yang dimunculkan dalam kegiatan ini adalah kain songket dan tenun Sasambo ( Sasak, Samawa dan Mbojo).
Dalam kegiatan LSF ini digelar sejumlah kegiatan seperti Fashion Show, Halal Food Festival, Pameran Fashion And Craft, Kajian Islami, Beauty Class, Modeling Class serta sejumlah kegiatan lomba.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji dalam pembukaan LSF, Jumat, 8 Oktober 2021 mengatakan, kegiatan LSF ini merupakan bagian dari pengembangan ekonomi yang berdimensi syariah. Yang mana dalam perspektif Bank Indonesia, ekonomi syariah (eksyar) akan menjadi arus baru dalam mesin pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Mengingat jumlah populasi muslim yang sedemikian besarnya, baik sebagai subjek pelaku ekonomi maupun menjadi objek pasar dari produk-produk ekonomi syariah,” katanya.
Di sektor riil, aplikasi ekonomi syariah tumbuh dalam bentuk industri halal yang meliputi beragam sektor seperti makanan dan minuman halal, fesyen muslim, pariwisata ramah muslim dan industri halal lainnya.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report (SGIE) oleh Dinar Standard, sektor industri fesyen muslim Indonesia menempati peringkat ke 3 global player di internasional setelah Uni Emirat Arab dan Turki. Pada tahun 2019, konsumsi busana muslim di Indonesia berada di angka 20 miliar USD dengan laju pertumbuhan 18,2 persen per tahun. Tingginya jumlah minat dan bonus demografi jumlah masyarakat muslim di Indonesia ini harus dibaca sebagai potensi besar.
Heru mengatakan, Bank Indonesia sendiri dalam mengembangkan industri halal menggunakan pendekatan komprehensif yakni melalui pengembangan ekosistem Halal Value Chain (HVC).
”Pengembangan industri halal tidak dapat hanya bertumpu pada produk serta pelaku usaha, tapi seluruh komponen secara end-to-end mulai dari proses pengemasan, distribusi sampai dengan pemasaran,” katanya.
Untuk kawasan NTB, Bank Indonesia kata Heru sangat mendukung pengembangan industri halal dan industri fesyen muslim yang sudah dicanangkan bersama dengan pemerintah daerah dan Dekranasda. Beberapa bentuk program yang dilakukan misalnya aktif melakukan promosi kain tenun NTB di berbagai event seperti KKI, promosi ekspor dan lainnya.
“Melalui Lombok Sharia Festival ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan kami agar dapat mendorong Provinsi NTB menjadi pusat fesyen muslim serta meningkatkan daya tarik Provinsi NTB sebagai tujuan wisata ramah muslim,” tambahnya.
Bank Indonesia NTB memberikan dukungan terkait pelatihan yang terdiri dari modest modeling coaching dan upcycling fashion class. Bank Indonesia NTB juga mengikutsertakan peserta dari lima Pondok Pesantren mitra Bank Indonesia yang memiliki usaha bidang fesyen.
“Sehingga diharapkan dapat mendukung pemberdayaan ekonomi umat,” demikian Heru Saptaji.(bul)