Ekspor NTB Hanya Rp2,8 Triliun

0

Mataram (Suara NTB) – Bidang Perdagangan Luar Negeri pada Dinas Perdagangan Provinsi NTB mencatat total nilai ekspor komoditas dari NTB tahun 2019 hanya Rp2,8 triliun lebih.

Angka ini turun signifikan dibanding nilai ekspor tahun sebelumnya. Nilai ekspor ini jika mengacu nilai kurs US$1 = Rp13.500. Ekspor komoditas pada tahun 2019 turun signifikan, terutama untuk komoditas kerajinan. Permintaan pasar internasional berkurang dari biasanya.

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB melalui Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Baiq. Deny Evitadarmiana memeparkan capaian ekspor tahun lalu. Sepanjang Januari hingga Desember 2019, nilai ekspor komoditas dari NTB US$209.889.202,391. Sementara, sepanjang tahun 2018, nilai ekspor komoditas dari NTB US$315.187.736,640.

“Ini nilai yang tercatat, berdasarkan SKA (Surat Keterangan Asal) dari kita (NTB). Yang ekspor, tapi melalui daerah lain, tidak tercatat di sini,” katanya kepada Suara NTB di ruang kerjanya, Senin, 27 Januari 2020.

Didampingi salah satu kepala seksinya, Rahmat Wira Putra, total ekspor NTB tahun 2019 senilai Rp2,8 triliun lebih ini adalah nilai gabungan ekspor komoditas pertambangan dan non tambang. Untuk komoditas kerajinan, terdiri dari kerajinan ketak, kerajinan buah kering, kerajinan bambu, kerajinan rotan dan gerabah, nilai ekspornya US$285.796 atau setara dengan Rp3,8 miliar lebih.

Kemudian komoditas hasil perikanan dan kelautan, terdiri dari mutiara, bubuk tulang ikan, frozen fish, rumput laut, udang vannamei, frozen yellow tuna, dan lobster nilai ekspornya US$8.096.214,70 atau setara dengan Rp105,2 miliar lebih.

Lalu untuk komoditas hasil pertanian dan perkebunan, terdiri dari chili, minyak kelapa, kopi, manggis sebesar US$64.654,56 atau setara Rp60,5 juta. Dan komoditas pertambangan oleh PT. Amman Mineral Nusa Tenggara sebesar US$201.441.646,37 atau senilai Rp2,6 triliun lebih.

Baiq Deny mengatakan, rata-rata komoditas hasil kerajinan yang mengalami penurunan. Ekspor non tambang NTB ditolong oleh ekspor ikan, mutiara dan rumput laut. “Tahun depan yang berpeluang bagus ekspornya adalah komoditas perkebunan yang potensial. Kopi, vanilla, manggis, dan buah naga,” ujarnya. Penurunan nilai ekspor NTB yang signifikan dari komoditas non tambang ini, kata Baiq. Deny, salah satunya juga karena zero ekspor jagung. Dipicu terjadinya perbaikan harga jagung di dalam negeri dengan selisih keuntungannya cukup besar dibanding harga di luar negeri.

Untuk menggairahkan ekspor komoditas non tambang ini, salah satu cara yang paling memungkinkan dilakukan adalah memperbanyak pameran-pameran atau promosi komoditas ke luar negeri. “Tahun 2019 sama sekali tidak ada pameran ke luar negeri. Itu yang nampaknya perlu dihidupkan,” demikian Baiq Deny. (bul)