Kerajinan Kayu Krisis Regenerasi

0
Bing Gianto melakukan finishing salah satu hasil kerajinan kayu desainannya. (Suara NTB/ist)

Mataram (Suara NTB) – Kerajinan kayu di NTB memasuki masa senja. Sangat minim regenerasi, padahal, provinsi ini mengusung program unggulan, pariwisata. Provinsi Bali tidak dipungkiri masih menjadi barometer pariwisata di Indonesia. Hampir seluruh lini dihidupkan oleh sektor ini, tanpa terkecuali kerajinan kayu. Jika berjalan di Pulau Dewata, nyaris di setiap sudut jalan-jalannya terpajang hasil-hasil kerajinan kayu.

Padahal, Provinsi Bali juga tidak sepenuhnya mampu memenuhi bahan bakunya. Kayu-kayu yang dijadikan kerajinan tidak sedikit didatangkannya dari berbagai daerah di Indonesia. Kerajinan telah menjadi roh masyarakat Bali. Di Lombok, ada juga potensi kerajinan kayu ini berkembang. Namun tidak dikawal hulu hilir oleh pemerintah.

“Apalagi sekarang, Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) hanya fokus menggeliatkan fashion,” kata Ir. Bing Gianto, seorang desainer kerajinan kayu di Mataram. Ir. Bing Gianto dikenal mendesain bungkul akar kayu menjadi hasil kerajinan bernilai jual tinggi. salah satu meja kerajinan kayu karyanya bahkan mejeng hingga ke istana negara. Desain meja tembok besar Cina menjadi salah satu karya terbesarnya.

Bing Gianto mengaku cukup prihatin minimnya regenerasi perajin kayu, terutama di Lombok. Padahal, provinsi ini tengah berkembang sebagai provinsi pariwisata. lebih-lebih hadirnya KEK Mandalika sebagai lokasi penyelenggaraan MotoGP pada 2021 mendatang. Provinsi ini menjadi perhatian dunia. Makin suramnya masa depan kerajinan kayu di NTB, dibuktikan dengan makin banyaknya para perajin kayu yang beralih profesi menjadi tukang bangunan, atau pekerjaan serabutan lainnya.

“Saya mau cari tukang untuk membantu penyelesaian desain saya, susah sekali. ini patut menjadi perhatian pemerintah,” katanya ditemui Suara NTB di bengkel kerajinan kayu miliknya di Ampenan, Mataram. Jumat, 10 Januari 2020. Ia melihat fenomena ini seperti kerajinan tenun sebelumnya. Namun ketika pemerintah melakukan intervensi, industri fashion mulai bergairah, kerajinan tenun turut bergairan kembali. Karena itulah, ia mendorong pemerintah memberikan perhatian kepada kerajinan kayu.

Industri kerajinan kayu yang saat ini masih eksis adalah cukli. Kerajinan kayu untuk kerajinan lainnya nyaris tak “ngangkat”. Padahal, menurut Manajer Pengelola Kantor Perwakilan Dagang Jawa Timur di Mataram ini, ketersediaan bahan baku sangat melimpah. Bahkan bungkul pangkal pohon yang bisa dijadikan hasil kerajinan, terbuang sia-sia.

Menurut Bing Gianto, jika digairahkan, industri kerajinan kayu di Lombok memiliki potensi untuk berkembang. Tinggal pemerintah hadir di dalamnya. Soal pasar, pengurus Dekranasda NTB ini juga meyakininya cukup terbuka. “Orang kaya cukup banyak. Ketika melihat sesuatu yang unik, ia ingin memilikinya. Berapapun harganya. Kadang-kadang menjadi kepuasan, ketika sebuah hasil karya tak banyak yang memiliki. Keistimewaan-keistimewaan seperti itu adalah pasar,” ujarnya.

Selain itu, pemasaran hasil kerajinan kayu ini juga bisa dikembangkan. Dengan membuka trading house di daerah-daerah yang menjadi tujuan kunjungan internasional. Misalnya di Bali, di Jakarta. Pemerintah juga dapat mendukung menyiapkan fasilitas trading house ini bagi rumah besar seluruh perajin di daerah ini. (bul)