Mataram (Suara NTB) – Angka kemiskinan terus mengalami penurunan di bawah kepemimpinan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang selama dua periode memimpin daerah ini. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) periode September 2017 – Maret 2018, persentase angka kemiskinan di NTB turun menjadi 14,75 persen.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M. Sc, M.TP mengatakan, berdasarkan rilis BPS, jumlah penduduk miskin di NTB pada Maret 2018 mencapai 737.460 orang atau 14,75 persen. Jika dilihat dalam periode September 2017 – Maret 2018, jumlah penduduk miskin di NTB berkurang 10.660 orang atau 0,30 persen.
Selama periode September 2017 – Maret 2018, secara absolut penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat sekitar 1.830 orang. Dari 368.550 orang pada September 2017 menjadi 370.380 orang pada Maret 2018. Sebaliknya di daerah perdesaan penduduk miskin berkurang sebanyak 12.490 orang. Dari 379.570 orang pada September 2017 menjadi 367.080 orang pada Maret 2018.
Ridwan menambahkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 16,23 persen, turun menjadi 15,94 persen pada Maret 2018. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 14,06 persen pada September 2017 menjadi 13,72 persen pada Maret 2018.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada Maret 2018, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,98 persen untuk perkotaan dan 76,32 persen untuk perdesaan.
Pada periode September 2017 – Maret 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di perkotaan maupun di perdesaan mengalami peningkatan. Untuk perkotaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) meningkat dari 3,001 pada September 2017 menjadi 3,241 pada Maret 2018. Untuk perdesaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) meningkat dari 2,316 pada September 2017 menjadi 2,448 pada Maret 2018. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan maupun di perdesaan cenderung menjauh dari Garis Kemiskinan.
Selanjutnya, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan maupun perdesaan di daerah ini juga mengalami peningkatan. Untuk perkotaan, Indeks Keparahan (P2) meningkat dari 0,762 pada September 2017 menjadi 0,905 pada Maret 2018. Untuk perdesaan, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,522 pada September 2017 menjadi 0,601 pada Maret 2018. Dengan meningkatnya P2 berarti kesenjangan di antara penduduk miskin di perkotaan maupun di perdesaan semakin melebar.
Ridwan mengatakan, capaian penurunan angka kemiskinan ini bukan terjadi secara tiba-tiba. Capaian ini merupakan hasil kerja keras semua pihak. Khususnya koordinasi yang semakin membaik dengan pemerintah kabupaten/kota, NGO termasuk Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) NTB.
Ridwan menambahkan, faktor penyebab penurunan angka kemiskinan di NTB yang progresif tersebut karena semakin membaiknya koordinasi dan sinergitas dalam perencanaan dan penganggaran program penanggulangan kemiskinan.
‘’Sebagaimana dimaklumi 2 tahun terakhir, 2017 dan 2018 kita berhasil membangun sinergitas dengan kabupaten/kota untuk bersama-sama membiayai tujuh program prioritas,’’ ungkapnya.
Tujuh program prioritas penanggulangan kemiskinan tersebut, yakni rumah layak huni, air bersih, jamban keluarga, BUMDes, Kawasan Rumah Pangan Lestari, Bank Sampah dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Serta sumbangan listrik murah untuk masyarakat miskin menggunakan APBD Provinsi, APBD kabupaten/kota, APBDes termasuk dana-dana NGO, Baznas dan lainnya.
‘’Kita makin fokus melawan kemiskinan dengan mengacu pada basis data yang sama yaitu Basis Data Terpadu (BDT) by name by address,’’ ujarnya.
Ridwan memaparkan, perkembangan capaian penurunan angka kemiskinan di NTB dalam kurun waktu 2014-2018. Pada periode Maret 2014, kemiskinan di NTB pada angka 17,24 persen. Dan pada periode Maret 2015, mengalami penurunan menjadi 17,10 persen yakni berkurang sebanyak 0,14 persen.
Sedangkan pada periode Maret 2016 kemiskinan di NTB sebesar 16,48 persen, mengalami penurunan sebesar 0,62 persen menjadi 16,48 persen jika dibandingkan dengan periode Maret 2015. Pada periode Maret 2017 kemiskinan di NTB mencapai angka 16,07 persen, mengalami penurunan sebesar 0,41 persen jika dibandingkan dengan periode Maret 2016.
Kemudian pada periode Maret 2018 kemiskinan di NTB kembali mengalami penurunan sebesar 1,32 persen menjadi 14,75 persen jika dibandingkan dengan periode Maret 2017.Jika dilihat progres penurunan kemiskinan NTB dari periode Maret 2014 – Maret 2018 yakni sebesar 2,27 persen. Atau sebanyak 83.358 orang miskin yang berhasil dientaskan dari kemiskinan selama kurun waktu tersebut.
Jika dibandingkan provinsi seluruh Indonesia, kata Ridwan, NTB berada pada posisi ke – 27 dengan capaian angka kemsikinan yakni 14,75 persen. Dan masih terdapat tujuh provinsi di belakang NTB yang masih tinggi angka kemiskinannya. Yakni Papua 27,74 persen, Papua Barat 23,01 persen, NTT 21,35 persen. Selanjutnya Maluku 18,12 persen, Gorontalo 16,81 persen, Aceh 15,97 persen dan Bengkulu 15,43 persen.
Ridwan mengatakan, penurunan kemiskinan di NTB berkat adanya keseriusan Pempov NTB dan seluruh Pemda kabupaten/kota. Salah satunya dengan semangat “Melawan Kemiskinan Dari Desa”.
“Ini membuktikan bahwa ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan sedikit demi sedikit berhasil memampukan masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinannya. Dan mencegah agar masyarakat yang rentan miskin tidak menjadi miskin,” ucapnya.
Terkait dengan penurunan angka kemiskinan ini, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi memberikan apresiasi dan berterima kasih atas kerja keras semua pihak. Namun, gubernur mengatakan kedalaman dan keparahan kemiskinan harus diatensi khusus.
Orang nomor satu di NTB ini menyampaikan fokus pada persentase penurunan kemiskinan dan jumlah orangnya. “Masih ada tugas besar selain menurunkan kemiskinan, juga mengurangi ketimpangan,” pesan Gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini. (nas)