Gunung Tambora Dilaporkan Berstatus Aktif

0
Gunung Tambora (Suara NTB/aan)

Dompu (Suara NTB) – Balai Taman Nasional Tambora (TNT) Kabupaten Dompu mengungkap penyebab kebakaran hebat di wilayah pengelolaannya beberapa waktu lalu bukan saja dipicu ulah oknum tak bertanggungjawab. Tetapi karena adanya fenomena alam yang cukup mengejutkan, yakni tremor atau getaran yang membuat tanah retak dan mengeluarkan gas. Sehingga berakibat munculnya titik-titik api baru di sekitar kawah raksasa Tambora.

Temuan ini sekaligus menunjukan Gunung Tambora yang meletus 1815 silam kembali berstatus aktif. Demikian disampaikan Kepala Sub Bagian Tata Usaha TNT, Deny Rahadi, S. Hut, M. Si kepada Suara NTB di kantornya, Selasa,  5 November 2019.

Ia menjelaskan, di tengah upaya pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Tambora beberapa waktu lalu, pihaknya menerima laporan dari Kepala Stasiun Pengamat Gunung Api di Desa Doropeti, Haris bahwa terus meluasnya titik api itu akibat terjadinya tremor.

“Salah satu penyebab kebakaran yang sangat hebat itu karena adanya tremor di Gunung Tambora. Tremor ini teridentifikasi terjadi terakhir tahun 2011 dan baru terjadi lagi sekarang,” ungkapnya.

Tremor yang mengakibatkan retakan tanah disertai gas ini membuat suhu di atas kawah lebih tinggi dari biasanya. Sehingga mudah menyulut terjadinya kebakaran. Itu terbukti dengan temuan bekas kebakaran sekitar 80-100 Ha di puncak Gunung Tambora.

Tak hanya itu, lanjut Deny Rahadi, temuan ini sekaligus menunjukan status tambora yang kembali aktif. “Pengaruhnya belum terasa sampai ke bawah, tapi indikasinya kalau sudah terjadi tremor itu berarti Gunung Tambora aktif,” ujarnya.

Tak berani dipastikan munculnya tremor ini apakah dalam jangka waktu tertentu atau tidak. Namun, sesuai laporan yang diterima bahwa ini murni aktivitas vulkanologi yang tak menentu waktunya.

Fenomena tersebut termasuk salah satu alasan TNT menutup empat jalur pendakian sejak 21 Oktober lalu. Tetapi atas beberapa pertimbangan serta melihat kondisi tremor yang mulai berangsur kondusif akibat intensitas hujan cukup tinggi di puncak tambora, lantas diputuskannya untuk membuka kembali jalur pendakian tersebut 4 November 2019.

“Untuk satu minggu terakhir, kondisinya sudah mulai kondusif, ditandai berkurangnya spot-spot api di wilayah puncak karena terjadi hujan,” jelasnya.

Sebagai tindak lanjut atas temuan tremor yang menandakan Gunung Tambora kembali aktif, pihak stasiun pengamat gunung api tambora di Doropeti sudah mengirim hasil analisinya ke Bandung untuk dilakukan proses pendalaman.

Sementara Kepala Pusat Pemantauan Aktifitas Gunung Berapi Tambora di Desa Doropeti Kecamatan Pekat, Abdul Haris yang dihubungi terpisah, menegaskan sampai saat ini status gunung Tambora masih di level 1 atau normal. Status itu belum pernah berubah, termasuk saat kebakaran hutan yang melanda lereng selatan gunung Tambora bersama lahan tanaman tebu milik PT SMS beberapa waktu lalu.

“Sampai saat ini status gunung Tambora masih di level 1 (Normal). Tidak ada perubahan (jadi Aktif),” kata Abdul Haris. (jun)