Ikon Wisata Lakey Lapuk Dimakan Usia

0

Dompu (Suara NTB) – Setelah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) NTB, pembangunan berbagai fasilitas penunjang di Lakey terus dilakukan. Akan tetapi, keterbatasan anggaran yang dimiliki daerah membuatnya tak bisa tersentuh maksimal. Untuk tahun 2019 ini, hanya mampu dibangun satu fasilitas umum berupa MCK dan perbaikan sarana Tourist Information Center atau TIC.

Sedangkan sarana prasana penunjang lain yang kondisinya cukup memprihatinkan belum bisa tersentuh perbaikan. Salah satunya ikon utama Lakey berupa panggung tinggi para juri selancar yang telah lapuk termakan usia. Ikon tersebut jadi ciri khas Lakey yang selama ini dikenal dunia selain gulungan ombaknya yang cantik.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Dompu, H. Khairul Insan menyampaikan, ikon Lakey yang terbuat dari kayu itu sudah sangat tidak layak untuk dimanfaatkan akibat kondisi bahan bangunan yang lapuk.

“Ikon Lakey sebagai tempat para juri itu sudah sangat tidak layak. Itu memang harus segera, bukan lagi direhab tapi dibangunkan yang baru,” ungkapnya.

Pembangunan sarana ini, lanjut dia, memang menjadi tanggung jawab Disbudpar. Namun, pihaknya dihadapkan keterbatasan anggaran serta banyaknya fasilitas penunjang yang perlu dibangun di sejumlah destinasi wisata lain pada 2020. Ia mengharapkan adanya dukungan anggaran Pemerintah Provinsi (Pemprov). Apalagi dengan status Lakey sebagai KSP Provinsi bersama Geopark Nasional Gunung Tambora.

“Mudah-mudahan provinsi dapat melihat disitu, apalagi dengan keterbatasan anggaran kami ini,” ujarnya.

Selain ikon Lakey yang lapuk termakan usia, fasilitas umum lain seperti halnya berugak peristirahatan pengunjung pun tak kalah memprihatinkan. Kerusakan terlihat mulai dari lantai sampai atap bangunan, termasuk jalan setapak menuju pesisir pantai.

Kondisi ini, menurut Khairul Insan, jadi salah penyebab menurunnya angka kunjungan wisatawan ke destinasi wisata unggulan tersebut. Untuk itu, perlu ada sinergi yang kuat semua pihak dalam membangun dan pengelolaan potensi ini.

“Harus ada kepedulian kita semua, baik desa, pemerintah daerah, provinsi dan masyarakat untuk sama-sama membangun serta menjaga destinasi ini. Minimal kita bisa membuat wisatawan lokal mau berkunjung ke destinasi wisatanya sendiri,” pungkasnya. (jun)