Disnakeswan Dompu Mulai Kesulitan Buru HPR

0
Kadisnakeswan Dompu, Zainal Arifin (Suara NTB/jun)

Dompu (Suara NTB) – Intensitas gigitan Hewan Pembawa Rabies (HPR) yang meningkat sebulan terakhir di Pekat, mulai bergeser ke wilayah Kecamatan Kilo. Hanya saja, jumlah korbannya jauh berkurang. Sulitnya memburu HPR untuk vaksinasi dan eliminasi jadi salah kendala dalam memimalisir wabah rabies tersebut.

Demikian disampaikan Kadisnakeswan Dompu, Zainal Arifin kepada Suara NTB di kantornya, Rabu,  30 Oktober 2019. Ia mengatakan, jika sebelumnya sangat mudah menemukan HPR yang berkeliaran di tengah perkampungan atau tempat-tempat sampah, saat ini sudah sangat sulit. Tetapi anehnya, kasus gigitan justru masih terus terjadi.

“Sekarang mau cari anjing itu sangat susah, kalau dulu kita tahu di tempat sampah pasti ada anjing. Sekarang sulit carinya,” kata dia.

Dalam satu kali terjun patroli di wilayah dengan temuan kasus gigitan HPR, lanjut dia, satu tim bisa mengeliminasi lebih dari dua ekor anjing semalam. Namun yang terjadi saat ini untuk menemukan dua ekor saja sudah sangat kesulitan.

Contoh kecil di Pasar Induk, dari biasanya menjadi tempat bermainnya HPR pada malam hari kini tampak sepi. Kalaupun ditemukan, sulit dieliminasi petugas karena liar. “Untuk dapat dua ekor sekarang sudah sulit, kadang percuma juga kita patroli dari jam 11-4 pagi karena ndak ada hasil,” ujarnya.

Selain kendala sulitnya menemukan HPR, ungkap Zainal Arifin, persoalan lain yang dihadapi seperti halnya di Desa Mbuju Kecamatan Kilo yang kini marak ditemukan kasus gigitan ialah adanya penolakan dari sejumlah warga terkait eliminasi yang dilakukan. Bahkan tak jarang petugas diancam jika terus melaksanakan program tersebut.

“Termasuk desa, camat juga ndak berani mereka ketika berhadapan dengan warganya kalau saat eliminasi. Mereka terutama pemilik anjing lebih milih nyawanya melayang daripada anjingnya dibunuh,” keluhnya. (jun)