Tingkat Kebocoran Air PDAM Dompu Capai 64 Persen

0

Dompu (Suara NTB) – PDAM Dompu masih tergolong belum sehat karena tingginya kebocoran yang mencapai 64 persen. Tingkat kebocoran yang tertinggi bersumber dari meteran mati, sehingga tidak bisa dihitung penggunaan air serta masih adanya kasus pencurian air. Sementara kebocoran di perpipaan diakui tidak banyak, tapi sulit diperbaiki ketika berada di ruas jalan negara.

Dirut PDAM Dompu, Agus Setiawan, SE kepada Suara NTB, baru-baru ini malam mengaku, tingkat kebocoran air PDAM Dompu masih cukup tinggi. Dari air yang diproduksi dari IPA Oo dan Selaparang, bocorannya mencapai 64 persen. Tapi bila dibandingkan awal 2017 lalu hingga memasuki semester kedua tahun 2017, tingkat kebocoran berhasil ditekan sebanyak 4 persen.

“Dulu kebocorannya 68 persen. Kita berhasil menekannya dalam enam bulan terakhir sampai 4 persen,” katanya.

Agus mengungkapkan komitmen pihaknya untuk menekan tingkat kebocoran hingga 50 persen di tahun 2018 mendatang. Tingkat kebocoran ini terbesar dari meteran dan pencurian air. Dari 8 ribu pelanggan PDAM, meteran yang baik hanya 4 ribu. Sisanya, setengah dari pelanggan PDAM rusak dan tidak berfungsi meteran airnya. Sehingga air yang dipakai pelanggan tidak bisa dideteksi secara pasti.

“Kita hanya menduga penggunaan minimal. Kalau kita catat banyak, kita bisa dikomplain karena tidak ada meterannya,” ungkapnya.

Tapi saat ini, jumlah meteran yang rusak tinggal 2 ribuan. Masih banyaknya meteran air rusak diakui Agus, karena pihaknya hanya mampu mengganti meteran rata – rata 500 unit dan meteran ini harganya sekitar Rp 250 ribu per unit. Sementara kualitas meteran hanya bertahan beberapa saat.

“Yang bagus kualitasnya itu, yang kuningan. Harganya mungkin sekarang sekitar Rp 400an ribu perbiji, tapi bisa diganti isinya. Tapi masalahnya, kalau kita menggunakan meteran kuningan akan dirusak dan dicuri orang untuk dijual. Makanya kita menggunakan meteran biasa,” ungkap Agus.

Terhadap kebocoran pipa, diakui Agus, tinggal sedikit. Pihaknya terus mencari kebocoran dan dilakukan perbaikan. Tapi penanganan kebocoran ini yang sulit bagi pihaknya ketika ditemukan kebocoran di bawah jalan negara. Karena aspalnya akan dibongkar untuk menggali sumber kebocoran untuk penanganan.

“Kalau di jalan Kabupaten atau Provinsi, mudah kita koordinasinya. Tapi kalau ada di jalan negara, ribet dan koordinasinya susah,” katanya.

Bahkan, saat perbaikan kebocoran pipa di depan Hamet Market Karijawa, Agus mengaku, pihaknya dipersulit. Surat pemberitahuan sudah disampaikan sejak sebelum puasa lalu, tidak ada tanggapan. Sehingga disurati kembali beberapa waktu lalu dan diantarkan langsung.

“Bahkan saat itu saya sendiri yang membawa suratnya. Kita malah diizinkan memperbaiki pipanya dengan jaminan, jalanan dan aspalnya diperbaiki kembali seperti kondisi sebelumnya. Tadi malah anggota saya yang sedang mengecek pipa yang bocor diancam akan dipolisikan,” jelasnya.

“Padahal, kalau seandainya pipa yang bocor itu ketika tidak ditangani justru akan mempercepat kerusakan jalan,” kata Agus. (ula)