Dinas Sosial NTB Gelar Penguatan Nilai Kepahlawanan Melalui Guru dan Tokoh Masyarakat di Lotim

0
Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial NTB, Hamzan Wadi membuka kegiatan penguatan nilai kepahlawanan dan keperintisan melalui guru dan tokoh masyakat yang digelar Dinas Sosial NTB di Selong, Lotim, Rabu, 23 Juni 2021. (Suara NTB/nas)

Selong (Suara NTB) – Dinas Sosial (Disos) NTB menggelar kegiatan penguatan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan melalui guru dan tokoh masyarakat di Selong, Lombok Timur (Lotim), Rabu, 23 Juni 2021. Selain dihadiri guru, mahasiswa dan tokoh masyarakat, kegiatan tersebut juga menghadirkan budayawan dan sejarawan sebagai pembicara.

Kegiatan tersebut dibuka Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial NTB, Hamzan Wadi, S.ST., mewakili Kepala Dinas Sosial NTB, H. Ahsanul Khalik, S.Sos., M.H. Dikonfirmasi Suara NTB usai kegiatan, Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial NTB, Hamzan Wadi, S.ST., mengatakan kegiatan ini dalam rangka penguatan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan melalui guru dan tokoh masyarakat.

Guru dan tokoh masyarakat menghadiri kegiatan penguatan nilai kepahlawanan dan keperintisan yang digelar Dinas Sosial NTB di Selong, Lotim, Rabu, 23 Juni 2021. (Suara NTB/nas)

Ia menjelaskan alasan penguatan nilai kepahlawanan melalui guru dan tokoh masyarakat. Setelah kegiatan tersebut, guru dan tokoh masyarakat diharapkan dapat menyampaikan nilai-nilai kepahlawanan kepada anak didik dan masyarakat secara lebih luas.

“Guru dan tokoh masyarakat berperan penting dalam penguatan nilai-nilai kepahlawanan kepada murid dan masyarakat,” katanya.

Hamzan Wadi mengatakan tokoh masyarakat adalah orang-orang yang didengar oleh masyarakat. Begitu tokoh masyarakat yang menyampaikan, maka akan didengar oleh masyarakat. “Begitu juga guru, punya anak didik. Tentunya dengan sangat mudah disampaikan ke anak didiknya,” ujarnya.

Hamzan Wadi menjelaskan kegiatan yang dilakukan mengacu Peraturan Menteri Sosial (Permensos) No. 22 Tahun 2017 tentang Restorasi Sosial. Dalam kebijakan Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Kemensos, menempatkan diri untuk mengimplementasikan nawacita terutama butir 8 dan 9.

“Dalam restorasi sosial itu, bagaimana kita masyarakat bisa membangun jiwanya terus menerus memperkuat nilai-nilai kepahlawanan. Ini yang perlu ditanamkan pada diri masing-masing terutama generasi muda,” imbuhnya.

Budayawan Lombok Timur, Dr. H. Mugni, M.Pd., yang menjadi pembicara pada acara tersebut menekankan pentingnya menyosialisasikan nilai-nilai budaya dikaitkan dengan nilai kepahlawanan. Menurutnya, nilai-nilai budaya harus disosialisasikan ke berbagai pihak, terutama lewat sekolah.

“Oleh karena itu, harus ada jadwal-jadwal khusus untuk kita sosialisasikan tentang nilai-nilai budaya dikaitkan dengan nilai kepahlawanan,” katanya.

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Hamzanwadi, Dr. Badarudin yang juga menjadi pembicara pada acara tersebut mengatakan bahwa Lotim memiliki banyak pejuang kemerdekaan. Selain pahlawan nasional, TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, banyak juga pejuang kemerdekaan lainnya di Lotim.

“Dengan kegiatan seperti ini, masyarakat akan tercerahkan. Bahwa kita memiliki banyak pejuang-pejuang kemerdekaan. Harapannya, kalau memungkinkan kita dari kampus bekerja sama dengan dinas/instansi terkait terutama Dinas Pendidikan, bisa menjadi muatan lokal yang diintegrasikan dengan bahasa halus Sasak,” katanya.

Menurut Badarudin, banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa Lotim memiliki pejuang-pejuang kemerdekaan yang ikut berkontribusi dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Pulau Lombok. “Saya menghimpun ada 34 orang di Lombok Timur saja. Yang tercatat di Taman Makam Pahlawan Selong. Saya berasumsi banyak yang sudah tidak tahu tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan di Lombok,” katanya.

Badarudin mengatakan saat ini sudah ada buku-buku tentang perjuangan para pejuang yang ada di NTB. Tetapi, ia berharap agar disosialisasikan lebih masif. “Kalau bisa masing-masing desa diberikan tentang buku-buku perjuangan itu, ditaruh  di perpustakaan desa,” harapnya. (nas)