Dikes Lotim Ragu Data Stunting

0
Kepala Dikes Lotim, H. M. Hasbi Santoso (Suara NTB/dok)

Selong (Suara NTB) – Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Timur (Lotim) meragukan data stunting 42,55 persen yang ada sekarang ini. Dikes pun mencoba menelusuri kepastian data stunting ini. Sementara catatan Dikes, jumlah anak di bawah dua tahun  se Kabupaten Lotim 126 ribu.

“Jika datanya 42,55 persen, maka terdapat 60 ribu anak stunting di Lotim,” ungkap Kepala Dikes Lotim, dr. H. M. Hasbi Santoso, Kamis,  24 Oktober 2019.

Persoalan data tersebut harapannya terus akan coba diperbaiki. Pasalnya, data-data yang tidak valid ini sangat berpengaruh intervensi program kesehatan.

Menurut hasil penelusuran dari tim Dikes Lotim, saat ini sudah berhasil didatangi 59 ribu anak dari 126 ribu bawah dua tahun. Dari data tersebut, jumlah stunting ditemukan hanya 26-27 persen. Angka ini jelas sangat jauh dari temuan data awal 42 persen yang dinilai sekadar estimasi.

Menurutnya, data 26 persen dari temuan tim Dikes yang melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan sendiri kepada anak bawah tahun jauh lebih rasional. Atas dasar itu, pihaknya yakin, jika data stunting tidaklah terlalu besar di Kabupaten Lotim.

‘’Anak-anak yang sudah terpapar stunting itu karena sudah mengidap kekurangan gizi kronis. Tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya. Anak-anak menjadipendek atau tumbuh cebol,’’ ujarnya.

Diakuinya, pencegahan stunting ini tidak gampang. Secara ilmu kedokteran, ujarnya, ada satu cara yang sudah pernah dilakukan oleh tim medis di Amerika Serikat. Yakni para olahragawan di negeri Paman Sam itu dilakukan operasi tambah  tulang kakinya sejak usia masih muda. Hanya saja teknik ini tidaklah mudah. “Kalau bciara secara teknik, hanya itu cara yang bisa kita lakukan dalam menangani stunting secara fisik,” ungkapnya.

Stunting adalah kekurangan gizi sejak anak dalam kandungan. Karenanya, upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan mempersiapkan kesehatan reproduksi ibu-ibu saat masih remaja. ‘Ibu-ibu ini harus diberikan sangu, agar nanti melahirkan anak tidak lahir cebol,” ucapnya.

Sangu dimaksud, ujarnya, adalah vitamin penambah darah. Zat besi (fe) agar anak-anak calon ibu ini menjadi kuat dan tidak menjadi anak-anak yang anemia. Zat besi ini rencana akan diberikan secara masif, yakni kepada anak remaja putri yang sudah duduk di bangku kelas 2 SMP dan sudah duduk di SMA sederajat.

Dikes juga merencanakan melakukan pemeriksaan secara besar-besaran terhadap remaja putri di sekolah dari cacingan dan anemia. Mereka yang kedapatan cacingan dan anemia akan diberikan obat di bawah pengawasan gurunya secara langsung. ‘’Pemberian obat sekarang tidak berdampak langsung, akan tetapi nantinya saat sudah menikah para calon ibu itu menjadi lebih siap,’’ katanya. (rus)