Dampak Gempa Berpotensi Picu Tambah Kemiskinan di Lobar

0

Giri Menang (Suara NTB) – Tren penurunan kemiskinan di Lombok Barat (Lobar) melambat selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data tiga tahun terakhir, mulai dari tahun 2015 hingga 2017 penurunan kemiskinan malah menurun hanya 0,27 persen dari tahun 2016-2017 dibandingkan penurunan kemiskinan tahun 2015-2016 mencapai 0,65 persen. Melambatnya penurunan kemiskinan di sebabkan beberapa faktor, salah satunya kerak kemiskinan atau warga yang hidup sangat miskin sangat tinggi. Data terbaru, terdapat 12 persen atau sekitar puluhan ribu warga Lobar berstatus sangat miskin.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lobar Dr. H. Baehaqi, mengaku, penurunan kemiskinan dari tahun 2015 ke 2016 dan 2017 mengalami tren melambat. Disebutkan tahun 2015 angka kemiskinan mencapai 17,38 persen, kemudian 2016 turun menjadi 16,73 persen lalu tahun 2017 terjadi penurunan 16,46 persen. ‘’Terdapat penurunan sekitar 0,65 persen tahun 2015 ke 2016, sedangkan dari tahun 2016 ke 2017 penurunan lebih kecil sekitar 0,27 persen,’’ terangnya, Jumat (30/11).

Jika dilihat dari garis kemiskinan kata Baehaqi juga mengalami peningkatan dari Rp 390 ribu naik dari tahun sebelumnya Rp 358 ribu.  Penurunan kemiskinan melambat, ujarnya, karena kerak kemiskinan tinggi mencapai 12 persen atau setara puluhan ribu jiwa dari total penduduk miskin di Lobar. Penurunan kemiskinan diibaratkan seperti naik gunung, ketika sudah mencapai puncaknya, maka semakin lambat.

Begitu pula penurunan kemiskinan, ketika sudah semakin kecil maka semakin agak melambat. Untuk itu, Pemda pun memiliki kebijakan-kebijakan baru bagaimana mempercepat yang melambat tersebut melalui kebijakan pemberdayaan yang diarahkan ke pengelolaan pascapanen mengacu pada strategi pengentasan kemiskinan daerah dan Perpres Nomor 15 tahun 2010 dengan mengedepankan pemberdayaan. Di samping tetap memperhatikan secara komprehensif pemberdayaan potensi daerah dan peningkatan kualitas hidup masyarakat baik di sektor pendidikan, kesehatan dan pendapatan.

Dari aspek pembedayaan Pemda terus menggalakkan wisata desa, sebab wisata tidak mesti gedung bertingkat, namun wisata desa jauh lebih bagus, karena masyarakat bisa menikmati hasil secara langsung. Misalnya jika warga membangun homestay, maka bisa langsung didapatkan hasilnya. Selain itu pemda menggalakkan  program produk lokal garam beryodium Sekotong.

Program ini pun diperkuat melalui aturan perbup sekaligus disiapkan pasar dengan menyasar para ASN. Sejauh ini untuk kebutuhan garam per bulan yang diambil ASN Lobar mencapai 8,5 ton.  Selain itu rencananya pihak PDAM akan mengambil garam sekitar 15 ton per bulan. Di samping garam, Pemda juga menggalakkan produk lokal gula aren. Untuk mengawal program pengentasan kemiskinan pihak OPD sinergi melakukan penanganan.  Sementara dampak bencana gempa terhadap kemiskinan bisa dilihat akhir tahun 2019 mendatang. (her)