Bang Zul : Taman Alquran Itu Seru, Tapi Tak Harus Berskala Luas

0

Mataram (suarantb.com) – Pendiri Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Dr. H. Zulkieflimansyah alias Bang Zul menegaskan, rencana untuk mewujudkan adanya Taman Alquran di Sumbawa tidak mesti diterapkan secara luas di NTB. Hanya saja, sebagai orang yang mengelola UTS, ia memiliki kewajiban untuk memfasilitasi terwujudnya ide ini.

Bang Zul menegaskan, Taman Alquran adalah salah satu alasan yang membuat ia bisa mendatangkan pakar bioteknologi sekelas Dr. Arief Budi Witarto, M.Eng untuk mengembangkan ilmunya di Sumbawa.

Bang Zul mengutarakan, Arief Budi Witarto merupakan ilmuwan bioteknologi terbaik yang dimiliki Indonesia. Untuk meyakinkannya agar mau berkiprah di daerah seperti Sumbawa, tidak cukup hanya dengan iming-iming materi semata. Lebih dari itu, Arief ternyata memiliki cita-cita yang kebetulan cocok diwujudkan di daerah seperti Sumbawa. Dan cita-cita ini tidaklah terlalu rumit.

“Coba antum bayangkan kenapa Pak Arief itu mau ke Sumbawa? Cita-citanya sederhana : dia ingin menciptakan Taman Alquran. Seorang doktor bioteknologi terbaik di Indonesia itu hadir di Sumbawa itu, karena menurut dia, Sumbawa itu, potensi menghasilkan Taman Alquran,” ujar Bang Zul dalam sebuah kesempatan baru-baru ini.

Bang Zul juga menambahkan bahwa Taman Alquran yang dimaksud Arief bukanlah taman tempat belajar Alquran, melainkan sebuah taman tempat tumbuhnya tanaman yang ada disebutkan di dalam Alquran.

“Ketika ahli bioteknologi bicara Taman Alquran, bukan kita membayangkan Taman Pendidikan Quran, tapi ini akan kita bayangkan di satu bukit di Sumbawa itu nanti akan ditumbuhi pohon Tin, pohon Kurma, dan segala pohon yang dilukiskan yang ada di dalam Alquran. Jadi kalau ‘dewa’ punya mimpi itu seru juga,” ujarnya.

Kini, ujar Bang Zul, tugasnya sebagai pengelola UTS adalah memastikan agar talenta-talenta terbaik di UTS ini bisa benar-benar mewujudkan mimpi-mimpinya tersebut. “Tugas kita pengelola sekolah, bagaimana caranya agar semua keinginan ‘dewa’ ini terpenuhi dengan baik,” ujarnya.

Bang Zul juga memaparkan bahwa upaya untuk mewujudkan rencana Taman Alquran bukan berarti bahwa kelak Taman Alquran harus hadir di seluruh daerah di NTB. Menurut Bang Zul, bagi ilmuwan seperti Arief Budi Witarto, keleluasaan untuk menerapkan serta menguji ilmu yang dipelajarinya adalah sesuatu yang sangat berharga.

Karenanya, Bang Zul menegaskan bahwa hal ini tidak berarti harus bisa dikembangkan secara luas, apalagi massal. Menurutnya, kepuasaan seorang ilmuwan adalah saat proses mengembangkan bidang yang dia tekuni.

“Teknologi itu bukan outputnya yang penting. Tapi proses menekuni bidang yang dia sukai, itu yang penting. Dia mempublish paper dan mempresentasikan di conferrence. Terlepas dari dia akan diaplikasikan secara luas atau tidak, itu soal lain,” ujarnya.

Bang Zul mengaku akan sangat bersyukur jika Taman Alquran ini kelak bisa diterapkan di banyak daerah di NTB. Namun, menurutnya sejauh ini pihaknya belum berpikir untuk mencapai hal tersebut. Bang Zul mencontohkan, salah satu tonggak penting yang telah diperoleh Arief dalam penelitiannya saat ini adalah memastikan jenis kelamin kurma yang ditanam sehingga saat proses penanaman, kurma yang ditanam bisa berbuah.

“Di NTB mungkin banyak yang menanam kurma, tapi karena tidak ada pasangannya, jadi tidak berbuah. Ini kita buat berpasangan jantan dan betina sehingga bisa berbuah. Nah, kalau ini sudah berhasil di Sumbawa, lalu akan diterapkan di banyak daerah di NTB, Alhamdulillah,” ujarnya. (*)