Australia Berminat Sulap Tambang Liar Sekotong Jadi Wisata Geologi

0

Mataram (Suara NTB) – Sekotong, Lombok Barat (Lobar) menjadi perhatian khusus. Tambang liar di sana akan dikelola menjadi kawasan wisata berbasis geologi. Riset awal difokuskan di Desa Pelangan.

Proyeksi menjadikan sekotong jadi geosite wisata ini digagas akademisi Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) bersama Bappeda Lombok Barat, melibatkan University of  Queensland Australia.  Ketika aktivitas pertambangan liar mulai menurun, dianggap waktu yang tepat untuk menguatkan konsep wisata geologi berbasis masyarakat.

‘’Sekarang aktivitas menurun. Dengan situasi itu, akan jadi momentum untuk masuk dan mengembangkan desa wisata tematik tambang,’’ kata akademisi Universitas Muhammadiyah Mataram, Dr. Jony Safaat Ardiansyahkepada Suara NTB Sabtu, 30 Juni 2018.

Menghadirkan konsep wisata geologi di Sekotong diyakini bisa jadi solusi mereduksi kegiatan pertambangan liar yang masih berlangsung. Langkah awal sudah dilakukan, seperti penelitian lapangan, riset demografi, topografi pegunungan Sekotong yang sudah digali di banyak titik. Lubang lubang galian bekas tambang liar bisa jadi salah satu spot yang bisa  ditawarkan dalam konsep geosite.

‘’Dari Australia sudah mulai meneliti. Kami juga sedang membuat framework, untuk mengubah tambang liar menjadi desa tematik tambang,’’ jelas Dosen Lingkungan Hidup pada Jurusan Pertambangan Fakultas Teknik UMM ini.

Konsep ini sekali lagi dilihatnya sinkron dengan plan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Pemkab) untuk menjadikan Sekotong sebagai pengembangan wisata.

Tapi pengembangan masih sebatas wisata Sumber Daya Alam (SDA) seperti pantai dan pulau kecil.  Kali ini ia menawarkan konsep berbeda, dengan mengolah kerusakan yang timbul dari aktivitas pertambangan tanpa izin (Peti).

Wisata yang sudah dikembangkan seperti wisata pantai, sawah, pegunungan, akan semakin lengkap dengan konsep wisata geologi. Sementara terowongan terowongan yang menjadi liang penggalian logam emas masyarakat tetap akan dibiarkan sebagai varian jualan ke wisatawan.

‘’Kita buat konsepnya. Akan datang tujuh tim supervisi dari Queensland untuk turun langsung ke lapangan mengecek sekitar September (2018) ini,’’ terangnya.

Cerita sukses mengubah bekas galian tambang dengan konsep wisata sudah banyak di Amerika maupun Eropa. Tapi untuk tambang liar diakui Jony belum ada dan Sekotong (jika teraliasi) akan menjadi yang pertama di dunia.

Tapi konsep yang ada akan diduplikasi di tambang liar Sekotong, tanpa harus menutup lubang lubang yang ditinggalkan. Wisatawan akan diberikan edukasi tentang bahaya tambang liar, dampak sosial, lingkungan khususnya pelaku illegal mining.

Riset awal sudah dilakukannya, khusus di Desa Pelangan. Ada 356 responden dari 10 dusun di  desa tersebut  diwawancara untuk pola yang berbeda tersebut. Pada dasarnya masyarakat sudah setuju karena sudah tidak ada lagi yang akan diharapkan, karena menggali sampai kedalaman ratusan atau kilometer mustahil dilakukan logam emas secara manual.  Pengembangan wisata dipastikan akan berbasis masyarakat menjadi solusi pekerjaan baru setelah tambang ditinggalkan. Masyarakat diserahkan sejak pengelolaan sampai meraup hasil.

“Kita akan bentuk Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dari wisata geologi itu,” jelasnya.

Pendekatan lanjutan akan melibatkan Bappeda Lombok Barat, dalam bentuk Focus Gorup Disscussion (FGD) dengan unsur terkait seperti pemerintah dan masyarakat.  Survei awal terkait potensi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat akan dipresentasikan di hadapan forum untuk dibedah lagi kekurangannya. (ars)