Alquran Kuno di Tetebatu, Bukti Sejarah Peradaban Islam di Gumi Lombok

0
Amaq Sukirman memperlihatkan Alquran kuno di rumahnya di Desa Tetebatu, Minggu, 26 September 2021. (Suara NTB/rus)

Desa Tetebatu memiliki sejarah yang cukup panjang. Selain adanya kisah di balik nama Tetebatu itu sendiri, terdapat juga bukti-bukti lainnya sebagai fakta penanda sudah adanya peradaban manusia. Salah satu bukti itu adalah Alquran kuno. Kitab suci Umat Islam yang ditulis tangan ini tersimpan di rumah Amaq Sukirman, warga Gubuk Tetepopong atau Tetekopong Dusun Tetebatu Lingsar Desa Tetebatu Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim.

DITEMUI di rumahnya, Minggu, 26 September 2021, Amaq Sukirman menuturkan, dirinya adalah penerima amanah yang ke 65 secara turun temurun untuk menjaga Alquran kuno tersebut. Alquran yang ditulis dalam lembaran-lembaran kertas yang terbuat dari serat kayu ini terlihat masih lengkap. Mulai dari Surat Al Fatihah dan terakhir Surat An-Nas.

Hanya saja sampul kitab suci yang berasal  dari kulit unta ini sudah mulai rusak. Pun, lembaran-lembaran kertas kasar sudah mulai termakan usia. Amaq Sukirman mengaku tidak tahu sudah berapa lama usia Alquran tersebut. Keterangan sebagai penerus penjaga kitab suci ini memperlihatkan kitab suci ini sudah ada di Tetebatu ratusan tahun silam. Ini menjadi bukti adanya peradaban islami yang turun temurun di Lombok, khususnya di Desa Tetebatu sendiri.

“Kalau saya sekarang usianya sudah 70 tahun,” tutur Amaq Sukirman. Kitab suci yang terbilang sudah langka ini dijadikan pusaka karena hanya dikeluarkan saat hari-hari besar Islam. Antara lain, saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. “Saat Mulud, Quran ini hanya sekadar dibuka, diperiksa-periksa oleh tokoh agama dan lalu disimpan kembali,” ucapnya.

Alquran kuno ini kata Amaq Sukirman diterima langsung dari kakeknya bernama Papuk Natih. Penyerahan langsung dari sang kakek, karena sang ayah Amaq Temah belum belajar Alquran. Amaq Sukirman muda ini sendiri diajarkan langsung oleh sang kakek. “Saya cuma diajarkan lima huruf, yakni alif, lam, ha, mim dan dal,” tuturnya. Dari pengajaran Papuq Natih ini kemudian terus didalami dan bisa membaca Alquran.

Amaq Sukirman menuturkan, ia masih sangat ingat pesan-pesan sang kakek tentang gempa yang akan melanda Lombok. Penuturan sang Kakek, gempa dahsyat pernah terjadi di Lombok dan akan terjadi lagi saat Amaq Sukirman ini sudah dewasa. Papuq Natih ini mengaku gempa saat ia masih hidup itu sangat dahsyat.

Saat gempa terjadi 2018 dan 2019 lalu membuat Amaq Sukirman ini teringat dengan pesan-pesan sang kakek. Papuq Natih kemudian meminta menjaga dengan baik-baik Al-Qur’an tersebut. Karenanya, meski sempat ada yang mau beli ia enggan menjualnya. “Ada yang datang ingin membeli tapi saya bilang tidak untuk dijual,” tuturnya

Satu lagi, dilihat dari tulisan Alquran ini dan penggunaan warna pada tulisan, penulis sudah mengenal khat Alquran dengan cukup baik. Bahkan, ada tulisan dari tinta emas pada ayat palin tengah dalam Alquran. Saat awal diterima dari sang kakek, tulisan dari tinta emas itu masuh utuh. Akan tetapi, kini sudah hilang. “Dulu pernah dipinjam oleh seseorang, tai sekembalinya sudah tidak ada,” sebutnya.

Tidak saja Alquran, ada juga surban hasil sulaman tangan yang terlihat sudah juga termakan usia. Surban itu selalu digunakan untuk membasuh muka wajah mayit sebelum dikebumikan. Saat ini, Alquran dan surban ini sedang dibuatkan tempat khusus penyimpanannya. Tampaknya, dalam rangka menyambut lomba best tourism village United Nation World Tourism Organization (UN-WTO), tempat penyimpanan Alquran ini juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah Provinsi NTB dan meminta segera dibangun bale kemaliq,  nama tempat untuk barang-barang pusaka peninggalan leluhur tersebut. (rus)