Akibat Stigma Masyarakat, 50 Persen Program Isolasi Mandiri Tak Bisa Dilaksanakan

0
Nurhandini Eka Dewi (Suara NTB/dok)

Mataram (Suara NTB) – Dinas Kesehatan (Dikes) NTB menyebutkan, sekitar 50 persen program isolasi mandiri pasien Covid-19 tak bisa dilaksanakan akibat stigma negatif dari masyarakat. Program isolasi mandiri bagi pasien positif Covid-19 mulai dilaksanakan di Lombok Barat dan Lombok Tengah.

‘’Kita mulai melaksanakan program isolasi mandiri. Hasil laporan waktu kita rapat, 50 persen isolasi mandiri tidak bisa dilaksanakan karena stigma masyarakat,’’ kata Kepala Dikes NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH dikonfirmasi Suara NTB, Sabtu, 27 Juni 2020.

Ia menjelaskan, ada tiga syarat pasien positif Covid-19 dapat dilakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Pertama, rumah atau tempat tinggal harus  memenuhi syarat. Kedua, pasien yang akan diisolasi mandiri  hanya sakit Covid-19 saja. Dan ketiga, lingkungan atau masyarakat sekitar rumah pasien  menerima.

‘’Kalau syarat nomor satu dan dua oke, tapi  lingkungan tak menerima, kita tak berani melepas pasien untuk isolasi mandiri. Makanya 50 persen (isolasi mandiri)  tak bisa dikerjakan karena faktor lingkungan, stigma masyarakat,’’ terang Eka.

Ia mengatakan, masih banyak masyarakat yang memberikan stigma negatif kepada pasien Covid-19. Dalam melakukan program isolasi mandiri, harus ada surat pernyataan dari kepala lingkungan atau kepala dusun dari pasien yang akan menjalani isolasi mandiri.

‘’Kalau ada satu saja warga di lingkungan itu tak setuju, maka tak bisa dilakukan program isolasi mandiri,’’ terangnya.

Eka mengatakan, pasien Covid-19 yang menjalani program isolasi mandiri di NTB jumlahnya cukup lumayan. Terutama di Lombok Barat dan Lombok Tengah. ‘’Belum sampai 50 orang. Kami tak berani mengeluarkan pasien kalau tak ada penyataan tertulis dari kepala lingkungannya,’’ katanya.

Ia menjelaskan, pasien Covid-19  yang menjalani isolasi mandiri tetap dilakukan pemantauan. Pelaporan aktivitas pasien dilakukan berbasis IT. Di dalam HP pasien dipasang GPS. Ketika meninggalkan lokasi isolasi mandiri dalam jarak 50 meter saja, maka akan ketahuan.

Program isolasi mandiri pasien Covid-19 yang berjalan baik adalah di kompleks perumahan. Karena cenderung para tetangga juga mensupport pasien bersangkutan. Namun, ada juga program isolasi mandiri yang bisa berjalan di kampung-kampung. “Makanya kita pelan-pelan saja melakukan program isolasi mandiri,” tandasnya.

Sementara itu, terkait dengan masih adanya masyarakat yang tidak percaya virus Corona. Eka mengatakan bahwa memang di Kota Mataram ang dilakukan survei masih ada yang tidak Corona. Dari 600 responden, sebesar 80 persen yang percaya Corona, dan 20 persen yang tidak percaya.

“Maka yang perlu kita kendalikan orang-orang tak percaya ini. Jangan sampai berimbas ke orang yang percaya,” katanya.

Eka mengatakan virus Corona telah menyebabkan kematian. Banyak masyarakat NTB yang harus dirawat di rumah sakit gara-gara virus yang belum ada vaksinnya tersebut. Ia menyebut ada sekitar 5 persen pasien Covid-19 kategori berat  yang sedang dirawat di ruang isolasi RSUD NTB.

“Kalau tak percaya tour ke ruang isolasi RSUD NTB,  saya izinkan. Sekarang kita punya 5 persen pasien yang masuk ICU, menggunakan ventilator,” pungkasnya. (nas)