Ahli Gizi Harus Profesional

0
Muhammad Subhan. (Suara NTB/rus)

Selong (Suara NTB) – Kasus stunting di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) masih tercatat tertinggi di NTB. Sesuai hasil pendataan terakhir, angkanya 26.6 persen. Dibanding dengan target nasional, 14 persen, maka angka ini masih sangat jauh. Dalam upaya menekan kasus stunting, dibutuhkan peranan semua sektor. Tidak terkecuali para ahli gizi. Ahli gizi dituntut harus profesional dalam menjalankan peranannya.

Demikian diingatkan Ketua Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Lotim, Muhammad Subhan kepada Suara NTB, Senin, 14 Juni 2021. Menurut Ketua nutrisionist Lotim yang baru dinobatkan Minggu lalu ini, para ahli gizi di Lotim sebenarnya sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.

Hasil pekerjaan para ahli gizi ini adalah mengetahui status gizi masyarakat. Guna mengetahui hasil yang baik ini, maka harus profesional dalam menjalankan bidangnya. Salah satu caranya, sesuai pesan Kepala Dinas Kesehatan (Kadikes) Lotim sebelumnya, perdalam ilmu pengetahuan.

“Harus jadi ahli gizi yang tangguh,” papar Muhammad Subhan yang lebih akrab disapa Ucup menegaskan. Setelah itu baru kemudian bisa berkolaborasi ke yang lain. Karena penanganan stunting merupakan pekerjaan multi sektor, maka kolaborasinya dengan lintas sektor.

Tidak ditampik, saat ini para ahli gizi di Lotim ini terpencar-pencar tempatnya. Melalui Persagi diharap bisa menjadi wadah untuk membangun komunikasi dan tetap bisa memberikan yang terbaik baik pemerintah. Persagi adalah mitra pemerintah dalam menyukseskan program-program penanganan kasus kekurangan gizi. “Peranan Persagi ini kan sebagai tempat mendengar keluh kesah juga,” urainya.

Muhammad Subhan menabahkan,  bicara gizi memang tidak bisa diserahkan kepada ahli gizi. Gizi itu multidimensi. “Yang kami lakukan, menemukan data dasar status gizi,” imbuhnya. Ahli gizi sendiri saat ini hanya bisa melakukan pengukuran, melihat berat badan atau sekarang, ukur tinggi badan dan panjang badan,” paparnya lagi.

Lebih jauh soal penanganan stunting, ada aksi konvergensi yang dilakukan dan didalamnya ada ahli gizi. Ada delapan aksi konvergensi yang sudah diprogramkan pemerintah. Ada beberapa tahapan, mulai dari perencanaan, rembuk stunting, regulasi dari pemerintah daerah, analisis dan monitoring evaluasi dari aksi. “Kita berbagi peran sekarang,” demikian. (rus)