Giri Menang (Suara NTB) – Masyarakat mempertanyakan fungsi lampu hias yang ada di jalur kawasan wisata Senggigi yang hingga kini justru tak pernah lagi menyala. Lampu hias yang juga masuk dalam proyek revitalisasi Senggigi yang menelan anggaran miliaran rupiah pada tahun 2020 lalu itu justru dinilai mubazir dan menjadi proyek yang buang-buang uang.
Pasalnya, lampu-lampu hias dengan warna tiang kuning itu disebut hanya menyala berapa minggu saja setelah proyek itu selesai dikerjakan. Namun setelah itu, lampu hias tersebut tak pernah lagi menyala hingga kini.
“Patut kita katakan bahwa ini (lampu hias) hanya membuang-buang anggaran saja,” tegas perwakilan masyarakat Kecamatan Batulayar, Munajab, Rabu, 15 November 2023.
Ia menuturkan sering terjadi kecelakaan di kawasan tersebut, salah satunya karena minimnya penerangan. Padahal, dalam proyek revitalisasi Senggigi yang dikerjakan pada tahun 2020 lalu itu, di beberapa titik ruas jalan dari Batulayar hingga Senggigi banyak dipasang lampu jalan yang juga sebagai hiasan.
“Tiang lampu hanya jadi sampah saja, dulu hanya nyala beberapa minggu saja, sekarang tidak pernah menyala lagi. Wisata di Batulayar gelap gulita. Sampai tiang lampu ini berkarat dan hanya jadi sampah saja,” kritiknya.
Ia mengatakaan selama ini masyarakat hanya bisa bertanya-tanya bagaimana pemeliharaannya, karena pihak yang memiliki kewenangan dinilai seolah acuh dan tak pernah memperhatikan lagi hal tersebut. “Tadi malam juga terjadi kecelakaan di lima titik di wilayah kecamatan Batulayar, sehingga lampu jalan ini sangat dibutuhkan untuk bisa mengurangi angka kecelakaan itu,” tegas pria yang juga sebagai Ketua Pokdarwis Desa Senteluk tersebut.
Jangan sampai, kata dia, proyek revitalisasi yang sudah menelan anggaran miliaran rupiah dari pinjaman daerah kala itu justru menjadi proyek sia-sia.”Kami berharap, pemerintah atau instansi yang bertanggungjawab segera melakikan perbaikan,” harapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Camat Batulayar, Afgan Kusuma Negara juga mengutarakan harapan yang sama. Agar menjelang pergantian tahun ini, ada perubahan di kawasan tersebut. Terlebih itu merupakan kawasan pariwisata unggulan Lobar yang menjadi kantong PAD.
“Memang kadang (PJU) tidak tentu nyalanya, kadang sudah nyala, kadang ndak. Tapi kebanyakan ndak nyala, jadi mubazir itu lampu hias yang dipasang di pinggir-pinggir jalan itu,” ungkap Afgan.Terlebih dengan telah adanyanya MoU antara Pemda Lobar dengan pihak ketiga dalam pengelolaan KPBU-PJU itu.
Pihaknya berharap agar hal itu bisa segera terealisasi dan benar-benar bisa mengatasi persoalan penerangan jalan yang selama ini sudah sejak lama dikeluhkan masyarakat.”Kita ingin supaya penerangan jalan ini bisa segera terealisasi, setidaknya awal tahun 2024 ini. Agar Lombok Barat bisa terang benderang, tidak hanya di jalan-jalan utama tapi juga di jalan menuju pedesaan,” harapnya.(her)