Mataram (Suara NTB) – Pada tahun 2023, perekonomian Provinsi NTB diprakirakan akan tetap tumbuh positif meski melandai. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terutama didukung oleh tingkat konsumsi yang lebih baik serta peningkatan kinerja investasi sejalan dengan berlangsungnya pembangunan smelter yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2024.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB Berry Arifsyah Harahap mengatakan, secara sektoral pertumbuhan terutama didukung oleh peningkatan kinerja sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Kemudian proses disinflasi yang lebih cepat dari prakiraan akan turut menopang perbaikan daya beli masyarakat pada tahun 2023.
“Hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi lainnya yaitu percepatan pembangunan proyek smelter di Kabupaten Sumbawa Barat yang ditargetkan selesai pada Februari 2024 kemudian adanya sejumlah event nasional dan internasional di daerah ini,” terang Berry Arifsyah Harahap kepada wartawan, Selasa, 14 November 2023.
Namun demikian, sejumlah tantangan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi NTB diantaranya perlambatan kinerja sektor pertanian yang sejalan dengan dampak dari musim kemarau atau El Nino dan berkurangnya alokasi pupuk subsidi. “Namun sekarang kita sudah mulai hujan, seharusnya El Nino sudah hilang,” ujarnmya.
Selain itu, penurunan juga diperkirakan terjadi pada sektor pertambangan yang utamanya dipengaruhi oleh perolehan izin kuota ekspor 2023 yang lebih lambat dan faktor base effect pertumbuhan tahun 2022 yang telah tinggi.
“Di tahun depan apakah masih sama, karena perhitungan kita adalah bahwa Smelter itu belum sepenuhnya bisa menyerap produksi tambang. Mungkin di running awal kemampuan pabriknya hanya 50 persen, sehingga ada idle capacity dan hal itu tentunya berpengaruh pada pertambangan, sementara bahan tambangnya tak bisa diekspor secara mentah” ujarnya.
Hal yang menurunkan pertumbuhan ekonomi juga yaitu berakhirnya pemberian insentif (PPnBM, PPh) di tahun 2022, termasuk penyesuaian harga untuk kendaraan jenis LCGC. Kemudian pagu belanja Pemerintah 2023 yang lebih rendah dan hanya tumbuh 0,45% (yoy) dari realisasi belanja tahun 2022.
“Kita lihat di triwulan III belanja pemerintah itu mengalami kontraksi. Jadi secara tahunan (yoy) ini akan mengalami kontraksi dibanding tahun sebelumnya,” ujar Berry.
Berry menjelaskan, ekonomi NTB pada triwulan-III 2023 tercatat tumbuh sebesar 1,58% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -1,54% (yoy). Secara khusus, peningkatan pertumbuhan pada Triwulan-III 2023 didorong oleh akselerasi pertumbuhan kinerja konsumsi rumah tangga sejalan dengan berlangsungnya periode libur sekolah dan HBKN (Maulid Nabi). Namun secara tahunan ekonomi NTB tahun 2023 diperkirakan tumbuh di kisaran 3 persen.
Selain itu, kinerja investasi juga tercatat lebih tinggi seiring berlanjutnya pembangunan smelter dan konstruksi PSN. Sementera itu, telah diperolehnya izin ekspor sejak Juli 2023 mendorong lebih baiknya kinerja ekspor meski masih terkontraksi. (ris)