Bank Indonesia Perkirakan Inflasi Tahunan NTB Tak Sampai 3 Persen

Mataram (Suara NTB) – Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahunan NTB secara akumilatif tak sampai 3 persen, atau tak melebihi target inflasi nasional 3% ±1%. Harga-harga masih cenderung stabil. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A. Harahap bersama Deputy Bidang Ekonomi Moneter, Winda Putri Listya dalam bincang dengan wartawan ekonomi Provinsi NTB, Selasa, 14 November 2023 menjelaskan, ekonomi NTB pada Triwulan-III 2023 tercatat tumbuh sebesar 1,58% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -1,54% (yoy).

Secara khusus, peningkatan pertumbuhan pada triwulan-III 2023 didorong oleh akselerasi pertumbuhan kinerja konsumsi rumah tangga (RT) sejalan dengan berlangsungnya periode libur sekolah dan HBKN (Maulid Nabi). Selain itu, kinerja investasi juga tercatat lebih tinggi seiring berlanjutnya pembangunan smelter dan konstruksi PSN. Sementera itu, telah diperolehnya izin ekspor sejak Juli 2023 mendorong lebih baiknya kinerja ekspor meski masih terkontraksi. Adapun perkembangan tersebut terpantau searah dengan pertumbuhan keseluruhan lapangan usaha utama.

Seiring dengan pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat, potensi peningkatan tekanan inflasi, baik itu dari sisi produksi, distribusi, serta kondisi global masih perlu untuk diwaspadai. Inflasi tahunan Provinsi NTB Oktober 2023 sebesar 2,66% (yoy), lebih tinggi dari capaian nasional (2,56% yoy) namun masih dalam rentang sasaran. Oleh karena itu, sinergi konsistensi pengendalian inflasi perlu terus dilakukan untuk mencapai target inflasi 2023 pada rentang 3±1%(yoy) hingga akhir tahun.

Pada Oktober 2023, inflasi terutama terjadi di Kota Mataram sebesar 0,42% mtm, sementara Kota Bima mengalami deflasi sebesar -0,11% mtm. Berdasarkan komoditasnya, inflasi yang terjadi terutama didorong oleh kenaikan inflasi kelompok transportasi sejalan dengan kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian harga bensin.

Sementara itu, dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga tercatat menyumbang inflasi seiring dengan kenaikan harga beras dan cabai rawit. Di sisi lain, inflasi lebih tinggi cenderung tertahan oleh penurunan harga komoditas perikanan (tongkol diawetkan, ikan tongkol, ikan layang, dan cumi-cumi) serta telur ayam ras. Masih menurut Berry, berdasarkan pemantauan selama tahun 2022-2023, diketahui bahwa beberapa komoditas pangan terpantau menyumbang inflasi, diantaranya telur ayam ras, tomat, minyak goreng, daging ayam ras, bawang merah, beras, cabai rawit, bawang putih.

Meski mayoritas dari komoditas tersebut tekanan inflasinya cenderung menurun dari tahun sebelumnya, masih terdapat beberapa komoditas yang tercatat mengalami kenaikan tekanan inflasi bulanan, seperti beras dan cabai rawit. “Hal ini tentunya patut untuk kita waspadai mengingat beras memiliki bobot yang tinggi sebesar 4,13%,” ujarnya. Sementara itu, berdasarkan data PIHPS, pada awal November beberapa harga komoditas pangan khususnya hortikultura mulai mengalami kenaikan, antara lain cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan tersebut antara lain didorong oleh telah berakhirnya puncak masa panen dan mulai masuknya musim hujan yang berpotensi mempengaruhi produksinya. Di sisi lain, beberapa komoditas pangan utama lainnya tercatat mengalami penurunan, seperti daging dan telur ayam yang ditopang oleh tingginya pasokan di pasar, termasuk penurunan harga minyak goreng dari distributor.

Berdasarkan pemantauan harga beras pada PIHPS nasional di NTB maupun di beberapa provinsi lainnya menunjukkan bahwa tren kenaikan harga beras terjadi pada bulan September 2023 seiring dengan kenaikan harga HET beras sesuai dengan Zona 1 : Beras Medium Rp10.900 dan Beras Premium Rp13.900.

Secara khusus, beras kualitas medium di NTB telah berada di bawah HET dan beberapa Provinsi lainnya. Sementara itu, untuk beras kualitas Premium, harga di Provinsi NTB masih sedikit di atas HET (kondisi ini turut terjadi di beberapa Provinsi lainnya). Seiring dengan kondisi tersebut, optimalisasi penyaluran Beras SPHP masih perlu dilakukan monitoring lebih lanjut serta dapat difokuskan untuk dilakukan di titik pasar tradisional strategis.

Bank Indonesia sendiri melakukan sejumlah intervensi untuk menjaga laju inflasi atas kenaikan harga-harga kebutuhan. Diantaranya, dengan melakukan operasi pasar di pasar-pasar tradisional hingga ke basis masyarakat langsung. Operasi pasar sudah dilakukan per kemarin sebanyak 421 kali. Beberapa kebutuhan yang dijual sesuai harga petani diantaranya. Telur, tomat, cabai, dan komoditi terkait lainnya. Menurut Berry, intensifnya operasi pasar yang dilakukan untuk menjaga psikologis masyarakat bahwa kebutuhannya masih sangat tersedia. Sehingga tidak terjadi kepanikan dan aksi borong yang mengakibatkan potensi kenaikan harga.

“Operasi pasar ini penting. Untuk menjaga psikologis masyarakat, bahwa kebutuhan itu ada di pasaran. Sehingga tahun depan kita jadwalkan makin massif. Dengan melihat kondisi harga-harga saat ini, kita masih meyakini, inflasi NTB tahun 2023 ini berada dibawah 3 persen, masih cukup aman sebenarnya,” demikian Berry. (bul)







Digital Interaktif.

Edisi 1 Januari 1970

Dikbud Ingatkan Guru ASN dan PPPK Tidak Berpolitik Praktis

0
Mataram (Suara NTB) - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., mengingatkan guru yang berstatus Aparatur Sipil Negara...

Latest Posts

Dikbud Ingatkan Guru ASN dan PPPK Tidak Berpolitik Praktis

Mataram (Suara NTB) - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan...

PON Aceh Sumut, 254 Atlet Siap Berikan Prestasi Terbaik bagi NTB di 41Cabor

Mataram (Suara NTB) - NTB akan mengikuti 192 nomor...

Gunakan BTT Intervensi Harga

PROVINSI NTB menjadi salah satu dari sepuluh provinsi dengan...

Pendakian Rinjani akan Dibuka hingga 31 Desember 2023

Mataram (Suara NTB) - Aktivitas pendakian Rinjani masih tetap...