Mataram (Suara NTB) – Sejak Januari hingga awal Oktober 2023 ini, Perum Bulog NTB telah menggelontorkan sekitar 15 ribu ton beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) di seluruh NTB dalam rangka stabilisasi harga beras di pasar. Dalam sehari, rata-rata sebanyak 70 ton beras yang disalurkan ke pasar dan riteller di seluruh NTB.
Kepala Perum Bulog NTB David Susanto mengatakan, kegiatan SPHP dilakukan di 41 pasar se NTB dan 201 riteller yang berada di dalam kawasan pasar atau toko-toko di luar pasar. Harga beras SPHP di NTB maksimal yaitu Rp10.900 per kg sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Tak boleh dijual lebih dari HET ya. Kalau ada pedagang yang menjual di atas HET saya akan stop dan tak akan saya kasi lagi. Malahan kita harapkan dijual dibawah HET,” kata David Susanto kepada wartawan usai melaksanakan operasi pasar di Pasar Pagesangan Kota Mataram, Rabu, 4 Oktober 2023.
Ia mengatakan, meskipun beras dalam kondisi surplus di NTB, namun beras cendeurng mengikuti harga nasional. Sehingga jika harga beras sedang mahal secara nasional, wilayah NTB yang tak kekurangan beras pun harganya ikut terkerek naik. Sehingga penyaluran beras SPHP ini tak boleh terhenti.
“Saya meyakini di sini itu surplus paling tidak dalam satu tahun itu 400 ribu ton. Kalau konsumsi itu paling 544 ribu ton. Nanti kalau panen Desember bisa tembus 900 ribu ton lebih. Konsumsi 544 ribu jadi surpulsnya 400 ribu ton,” katanya.
David Susanto menerangkan, jika harga beras di luar daerah lebih mahal daripada di NTB meskipun dengan selisih yang tipis, para pengusaha akan mengeluarkan beras tersebut untuk mengejar keuntungan. Sehingga di tahun ini banyak gabah petani yang dijual ke Jawa untuk memenuhi kebutuhan konsumen di sana.
Karena itulah Pergub Tentang Pembatasan Penjualan Gabah Keluar NTB diharapkan bisa terlaksana dengan baik di lapangan, sehingga pasokan gabah di dalam daerah tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan untuk proses penggilingan.
“Ke depan Pergub itu kita harapkan efektif, sehingga jangan yang lari (keluar-red) itu gabah, tapi kalau beras nggak apa-apa, sebab akan diproduksi di sini. Nanti penggilingannya bisa hidup, kemudian buruh penggilingan bisa bekerja selama hampir satu tahun” katanya.
Pada saat musim panen raya nanti kata David, pihaknya di Bulog siap menyerap hasil panen petani berapapun jumlahnya dengan harga yang sudah ditentukan pemerintah. “Pada prinsipnya kami siap menampung panen raya tahun depan, kita siap menampung berapapun jumlah panen petani pada saat penen raya,” katanya.(ris)