Taliwang (Suara NTB) – Bencana kekeringan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terus meluas. Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat saat ini sudah ada 1.363 kepala keluarga (KK) yang merasakan dampak dari musim kemarau itu.
Ribuan KK yang terdampak itu tersebar di 4 kecamatan dan 11 desa. Pertama kecamatan Poto Tano di desa Poto Tano, Kiantar dan desa Tambak Sari. Kedua kecamatan Seteluk di desa Kelanir, Lamusung, dan desa Ai Suning. Ketiga kecamatan Brang Rea di desa Sapugara Bree, Moteng, Bangkat Monteh dan Lamuntet. Dan terakhir kecamatan Taliwang di desa Seloto.
Kepala Pelaksana BPBD KSB, Abdul Hamid menjelaskan, untuk desa di kecamatan Brang Rea dan Taliwang merupakan wilayah baru yang dilaporkan terdampak. Karena itu pihaknya baru memasukkan dalam SK tanggap darurat kekeringan tahap II yang telah diperpanjang hingga tanggal 29 Oktober mendatang. “SK pertama kan hanya desa-desa terdampak di Poto Tano dan Seteluk saja. Nah di tahap II ini kita masukkan 5 desa lagi dari wilayah Taliwang dan Brang Rea,” terangnya, Rabu, 4 Oktober 2023.
Dikatakan Hamid, penanganan utama pada di wilayah terdampak yang dilakukan pihaknya saat ini adalah pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat. Ia menyebut, sejak penetapan status darurat tahap pertama setiap hari BPBD melakukan suplai air bersih ke seluruh desa secara terjadwal. “Sekarang kegiatan suplai air bersih kita perluas karena ada 5 desa lagi yang harus kita layani. Dan ini akan kita laksanakan sampai akhir bulan sesuai SK-nya (tanggap darurat),” sebutnya.
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terbaru, wilayah NTB saat ini sudah masuk status awas kekeringan. Di mana jumlah hari tanpa hujannya paling sedikit 61 hari dengan prakiraan probabilitas curah hujan kurang dari 20 mm/dasarian di atas 70 persen.
Menurut Hamid kondisi secara umum wilayah NTB itu juga termasuk KSB. Karena itu BMKG telah mengeluarkan imbauan resmi kepada seluruh pemerintah daerah yang masuk dalam status awas untuk melakukan kesiapsiagaan dini guna mengantisipasi berbagai kemungkinan dampak lainnya. “Ya sementara ini masyarakat kita merasakannya dari sisi ketersediaan air bersih. Makanya kita fokusnya menggelar suplai air bersih dulu sambil memantau perkembangan musim kemarau sekarang ini,” ujarnya.
Mengacu pada prediksi BMKG itu, Hamid selanjutnya menuturkan, perkiraan musim penghujan di wilayah NTB secara umum diperkirakan baru akan terjadi pada awal tahun 2024 mendatang. “Dan BMKG sudah mengingatkan kita juga agar waspada di awal musim penghujan terhadap potensi bencananya terutama banjir. Karena memang prediksinya curah hujan di awal-awal nanti akan sangat tinggi,” tukasnya. (bug)