Mataram (Suara NTB)- Kinerja penyaluran kredit pada triwulan III 2023 di Provinsi NTB tumbuh 1,72% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,49% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan yang lebih tinggi didorong oleh akselerasi pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi yang tumbuh lebih baik meski masih terkontraksi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Berry Arifsyah Harahap mengatakan, secara sektoral, peningkatan kinerja kredit terutama bersumber dari sektor pertambangan yang tumbuh lebih baik seiring dengan telah diperolehnya kuota ekspor tembaga.
“Sementara itu, kredit sektor perdagangan yang memiliki pangsa terbesar tetap tumbuh tinggi 7,86% (yoy) sejalan dengan terus membaiknya aktivitas ekonomi,” kata Berry Arifsyah Harahap kepada media pekan kemarin.
Lebih lanjut, kondisi tersebut turut tercermin dari penyaluran kredit rumah tangga, khususnya KPR yang tetap tumbuh tinggi dan kredit multiguna yang tumbuh lebih baik. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terpantau tumbuh terakselerasi sebesar 6,21% (yoy).
Terkait dengan perkembangan sistem pembayaran di NTB, Berry menerangkan bahwa aliran uang kartal pada triwulan III 2023 (per September) tercatat mengalami net-inflow sebesar Rp1.351 Miliar sejalan dengan normalisasi aktivitas perekonomian masyarakat pasca periode HBKN dan peak season pariwisata.
Di sisi lain, penetrasi transaksi digital di masyarakat NTB terpantau terus berlanjut. Nominal transaksi menggunakan kartu (APMK) tercatat tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, hingga Juli 2023, QRIS mencatatkan penambahan 26.642 pengguna baru, dengan volume transaksi akumulatif selama tahun 2023 mencapai 3,01 Juta transaksi.
Hal lain yang disampaikan Berry yaitu yang berkaitan dengan perkembangan survei terkini. Hasil Survei Konsumen (SK) Provinsi NTB pada bulan Agustus 2023 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terhadap perekonomian terpantau tetap terjaga (Indeks > 100) yakni sebesar 126,00.
Sejalan dengan itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini juga masih tetap berada pada level optimis meski sedikit melandai dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, cenderung melandainya IKE terutama didorong oleh Indeks Penghasilan yang lebih rendah dari bulan sebelumnya.
“Berdasarkan jenis pekerjaan, melandainya indeks penghasilan terutama berasal dari masyarakat dengan pekerjaan informal. Hal ini ditengarai sejalan dengan normalisasi permintaan pasca periode peak season pariwisata, sehingga berdampak pada penghasilan masyarakat pekerja informal yang bergerak di sektor perdagangan,” katanya.
Penurunan IKE lebih lanjut relatif tertahan oleh Indeks Lapangan Kerja yang tetap meningkat sejalan dengan terus membaiknya perekonomian, serta Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama yang juga meningkat terutama ditopang oleh masyarakat dengan kategori pengeluaran tinggi.(ris)