Taliwang (Suara NTB) – Bupati Sumbawa Barat, H. W. Musyafirin berkesempatan hadir dalam pembukaan agenda Silatul Fikri Temu 99 Tokoh Samawa. Dalam kegiatan yang digelar di Pondok Pesantren Dea Malela, Pamongong, Kabupaten Sumbawa, Jumat pekan lalu itu, orang nomor satu di KSB ini menyampaikan idenya mengenai perlunya mengubah jalan pikiran tau Samawa.
Dalam sambutannya, bupati mengatakan, bahwa kegiatan silatul fikri ini ia harapkan tidak terhenti sampai pada forum bertukar pikiran namun juga pertemuan penyatuan hati para tokoh dalam rangka menguatkan pondasi eksistensi tau Samawa (masyarakat Sumbawa). “Ini sekalian silatul qalbi bagi kita semua. Kita bersilaturahmi seutuhnya dan setelahnya membuahkan sebuah pegangan dan pedoman untuk kita tau Samawa,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut bupati menyampaikan keresahannya akan salah satu sifat tau Samawa. Dan menurutnya sifat tersebut sangat baik namun di sisi lain hal itu justru sekaligus menjadi sebuah kelemahan untuk menjadi masyarakat maju. Sifat itu disebut bupati adalah sikap egaliter.
Tau Samawa sangat memegang prinsip kesamaan derajat dan terbuka. Kata bupati, prinsip itu sangat bagus namun pada tatanan praktik seolah kebablasan. Padahal untuk beberapa bidang kehidupan, sikap egaliter tidak dapat diterapkan sepenuhnya.
“Ini contoh kita ini masyarakat agraris. Tapi kita sulit membangun ekonomi di sektor pertanian. Misal kita tanam sayur dan buah di kebun kemudian ada tetangga atau keluarga yang minta. Itu diberikan semuanya tanpa berpikir sebenarnya itu bisa dijual. Jadi fungsi sosialnya 100 persen di situ,” urai bupati.
Melihat berbagai kondisi itu, bupati pun menyarankan solusi agar tau Samawa mau mengubah jalan berpikirnya. Ia menyebut, melalui forum temu tokoh inilah upaya itu dapat dimulai. “Yang kita perlukan sekarang ini mengubah pola pikir masyarakat kita. Sikap egaliter itu kita dudukan seproposional mungkin untuk kemajuan kita bersama,” cetusnya.
Sementara itu, pengasuh pondok pesantren Dea Malela, Prof. Din Syamsuddin menyampaikan bahwa pertemuan tersebut merupakan pertemuan pikiran dan hati para tokoh tau Samawa. Di mana diharapkan dalam pertemuan tersebut akan lahir ide dan gagasan penting untuk kemajuan masyarakat Samawa. “Pertemuan ini meeting of mind dan meetting of hearth (pertemua pikiran dan hati),” katanya.
Ia berharap, hasil pertemuan nanti akan semakin meneguhkan hati masyarakat Samawa untuk terus bersatu. Perbedaan asal, kata dia tidak perlu lagi dijadikan bahan perdebatan untuk menentukan mana kriteria tau Samawa itu. “Bahwa kita tau Samawa itu baik yang terlahir dari orang tua maupun pendatang yang sudah menginjak tanah Samawa dan sudah meminum air tanah Samawa adalah tau tana Samawa dan bisa disebut sebagai Al ukhuwah Assamawia,” tegasnya.
Kegiatan SilatulFikri Temu 99 Tokoh Samawa tersebut berlangsung selama 3 hari. Selama kegiatan berbagai isu kedaerahan coba dibahas oleh para tokoh. Diantaranya etika lingkungan, kehidupan sosial, bahasa serya berbagai isi kebudayaan lainnya. Hadir sebagai pemateri pada kesempatan tersebut beberapa tokoh seperti Prof Mahsun, H. Fahri Hamzah, KH. Zulkifli Muzadi, Dr. Muhammad Iksan Safitri, Julmansyah, SE, Badrul Munir, Dinullah Rayes, Dr Burhanudin Ali, Agus Irawan Syahmi, Ahmad Salim, Roy Marhandra, Adi Pranajaya, dan Merliza S. Sos. Dari hasil pertemuan tersebut lahir sebuah maklumat diberi nama Maklumat Olat Utuk. (bug)