Oleh: Nuryanti, S.E., M.E
(Kepala Dinas Perindustrian NTB)
Jika ingin melihat daerah maju, maka tak cukup hanya mengandalkan pola pikir agraris yang telah berjalan ribuan tahun lalu. Akan tetapi, mau tak mau mesti berani berkubang dalam pola pikir dan gaya hidup masyarakat industri. Desain NTB saat ini telah berani meloncat lewat rancang bangun konsep futuristik- industrialis. Lewat girah meniti jalan industrialisasi, maka NTB dapat memuluskan langkahnya berselancar menuju kegemilangan-maju melaju sebagaimana kebijakan yang telah dimulai dan diafirmasi oleh Pemprov NTB lima tahun terakhir.
MENJADI sangat mencengangkan, ternyata tahap awal membangun ekosistem industrialisasi di daerah ini telah sukses berjalan. Kesuksesan semacam ini bukan sekadar klaim kosong. Apa dasar? Di tengah kondisi darurat dari gempa bumi berturut-turut lalu disusul pandemi Covid-19, NTB mulai bangkit lewat industrialisasi pangan lokal. Hal tersebut dapat dilihat dari program pemerintah daerah lewat JPS Gemilang yang berkembang pesat hingga menyentuh 4.673 IKM atau UMKM di NTB.
Program tersebut tergolong berani untuk memulai menyusun pondasi dalam meniti jalan baru sebagai strategi pemulihan ekonomi, bahkan di tengah krisis akibat pandemi sekali pun. Meski memang, desain industrialisasi bukan ujug-ujug melulu soal membangun pabrik kolosal maupun merancang mesin pengolahan jumbo, melainkan terlebih dahulu mesti dimulai dari hal yang elementer. Salah satu strateginya dengan mengokohkan pondasi untuk menciptakan ekosistem dan iklim industrialisasi di tengah masyarakat.
Apalagi yang diragukan dari industrialisasi? Di atas kertas ekonomi NTB moncer, di tengah lapangan pelaku IKM dan UMKM menggeliat bak jamur di musim penghujan. Itu dasarkan pemerintah daerah mulai mengokohkan titian jalan panjang industrialisasi lewat regulasi dengan menginisiasi penyusunan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) NTB. Setelah peraturan daerah RPIP ini disahkan pada 27 Desember 2021, lapanglah dada para pelaku IKM atau UMKM NTB.
Kehadiran RPIP tak lain sebagai juru pandu atau semacam peta jalan industrialisasi NTB yang dapat menunjukkan ke arah mana NTB bakal dibawa 20 tahun mendatang. Di dalam regulasi tersebut terdapat enam sektor industri prioritas antara lain industri pangan, industri hulu agro, industri permesinan dan alat transportasi, industri hasil pertambangan, industri kosmetik, farmasi herbal dan kimia, dan industri ekonomi kreatif.
Di bidang industri pangan misalnya, pada 2020 lalu sukses menorehkan sejumlah capaian yang dimulai dari kegiatan standardisasi dan sertifikasi olahan pangan lokal berupa lebel halal, branding merk, BPOM, PIRT, dan uji laboratorium.
Selain itu, pelaku UMKM juga diberikan bimbingan teknis dan pendampingan bersama BPPOM untuk pangan lokal dalam kemasan seperti kaleng ayam rarang, ayam taliwang, sate sembiga, sate pusuk serta olahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Hasilnya, produksi pangan semacam itulah yang didistribusikan untuk meringankan beban sosial-ekonomi masyarakat yang tengah ditimpa pandemi lewat Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang.
Tak jauh dari itu, di bidang industri hulu agro juga menampakkan capaian yang mentereng. Sebut di antaranya industrialisasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti minyak atsiri, minyak cengkeh, minyak kayu putih dan obat herbal lainnya. Capaian yang tak kalah positif dalam industri agro ini adalah pembangunan pabrik pakan terbesar (Feedmill) di Brida NTB. Produksi semacam ini tentu menambah girah para peladang dan pekebun di tepi hutan sana.
Di bidang industri permesinan alat transportasi juga menunjukkan perubahan yang signifikan. Hadirnya brand lokal di bidang otomotif telah menunjukkan kemodernan cara pandang masyarakat NTB di mata nasional bahkan internasional. Tak tanggung-tanggung, lompatan di bidang ini lewat tangan-tangan kreatif pemuda sukses mengembangkan kendaraan listrik seperti Le-Bui, Matric–B, dan ngebUTS. Prototype rancangan mesin listrik semacam itu beririsan dengan semangat program zero waste, program kampung unggas yang meliputi pengembangan mesin pakan dan penetas telur, mesin pencacah rumput serta mesin olahan makanan maupun penyulingan essens oil.
Tak kalah menjanjikan pula yakni Industri kosmetik, farmasi herbal dan kimia. Progres yang dicapai di bidang ini dapat dilihat dari pengembangan industri kosmetik dan farmasi herbal seperti brand “Organik Lombok” dan “Teh Kelor” dan sejumlah produksi alat pelindung diri yang telah distandarisasi dari kosmetik berbahan baku lokal dengan menggandeng produk pertanian lokal. Para pelakunya telah diberikan pendampingan instensif serta yang tak kalah penting diperuntukkan bantuan peralatan produksi bagi IKM kosmetik, farmasi herbal dan alat kesehatan.
Selain itu, di bidang industri fashion dan ekonomi kreatif juga akhir-akhir ini mulai dilirik dunia. Aktivitas industri semacam ini telah mulai menggeliat dan melibatkan kaum millenial sebagai motor penggerak. Secara teknis, pemerintah mendorong hadirnya tunas baru di bidang industri lewat bimbingan produksi tenun menggunakan alat tenun bukan mesin dan pelatihan pewarna alam untuk kain tenun. Itu sebabnya dengan penuh percaya diri NTB telah menggelar event-event internasional lewat Moslem Fashion Industry, festival desainer tenun Lombok-Sumbawa, fashion show tenun nasional.
Begitu halnya di bidang kerajinan, pengembangan industri penyamakan kulit sapi, pengolahan sampah plastik dan pengolahan limbah serabut kelapa telah menunjukkan kekhasannya. Industri seperti ini tentu menjanjikan bagi perkembangan daerah. Tentu tanpa melupakan industri yang lebih besar seperti pertambangan. Karenanya, industri hasil pertambangan juga tak luput dari perhatian pemerintah. Program pemerintah dalam hal ini khususnya difokuskan bagi penyiapan sumber daya industri turunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat.
Dalam melakukan pengembangan program percepatan Industrialisasi, Pemprov NTB melalui Dinas Perindustrian melakukan setumpuk inovasi seperti hadirnya Sistem Manajemen Informasi Industri (SIMANIS) NTB. Sistem ini menjadi aplikasi yang berbasis android untuk memudahkan pelaku usaha industri dalam mengakses bantuan pembiyaan dan permodalan. SIMANIS sekaligus menjadi database centre IKM se-NTB sehingga memudahkan bagi stakeholder dalam melakukan pemetaan program, pembinaan dan pemberdayaan.
Selain itu adanya Pembangunan Kawasan Industri Halal atau NTB Halal Industrial Park (HIP) sebagai kawasan pemusatan bagi aktivitas atau kegiatan industri yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana dan dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. NTB Exploration dan iDoors bagi StarUp Business, Pelaku IKM, yang menargetkan ke taraf manajemen profesional, iDOORS menjadi satu- satunya program one-stop-development bagi pengusaha dalam cakupan industri yang memenuhi kebutuhan pengembangan usaha hingga tahap professional Equity Crowd Funding hingga Go Public.
Alhasil, capaian dan kenginanan bersama di atas bukanlah ikhtiar tunggal dari Dinas Perindustrian melainkan harapan kita semua, keterlibatan berbagai stakeholder, sehingga apa yang diupayakan oleh Pemprov NTB melalui Dinas Perindustrian tidak lain dan tidak bukan adalah pikiran dan tindakan bersama untuk menghadirkan pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi dan atau hilirisasi serta pendalaman struktur (ekonomi).
Hilirisasi serta pendalaman struktur menjadi sangat urgent untuk memberikan nilai tambah (added value) bagi sebuah produk serta menciptakan produk-produk berkualitas yang dibutuhkan-diminati oleh pasar. NTB sedang mengarah ke sana agar kita tidak lagi menjadi halaman belakang perekonomian di Indonesia karenanya hilirisasi di sektor industri harus diperkuat bagi agar NTB bisa menjadi jantung bagi perekonomian nasional. (**)