Mataram (Suara NTB) – Stok beras di NTB sampai dengan saat ini masih mencukupi. NTB dianggap belum membutuhkan beras impor masuk untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Apalagi, NTB adalah lumbung pangan dengan produksi gabah cukup tinggi.
Diketahui, Pemerintah Indonesia telah mengimpor sebanyak 1,6 juta sejak periode Januari sampai Agustus 2023. Impor beras dengan golongan beras menir selain untuk pakan sebanyak 174.028 ton, beras basmati 3.806 ton, fragrant rice lainnya 3.425 ton, beras ketan 1.3000 ton dan lainnya 211 ton. Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, David Susanto di Mataram, Senin, 18 September 2023 menegaskan kembali, sampai saat ini tidak ada beras impor yang masuk. Untuk memasukkan beras dari luar negeri ke suatu daerah, katanya, biasanya Bulog di daerah akan diberikan informasi.
“Kalau kita nggak ada (masuk beras impor, red), sebenarnya minta atau tidak manakala stoknya tipis otomatis diberikan oleh pusat. Kita masih cukup, walaupun sudah masuk sekitar 1,6 juta di Indonesia,” jelasnya. Negara-negara yang mengimpor beras rata-rata dari Vietnam, Thailand dan India. NTB sendiri stoknya masih mencukupi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras semester I 2023 sudah hampir 700 ribu ton. Konsumsi sekitar 538 ribuan ton. Artinya, surplus masih cukup banyak kendati beras – beras dari NTB juga dibawa ke luar ke daerah-daerah yang stoknya mengkhawatirkan.
David menambahkan, NTB dari beberapa daerah hasil tinjauan lapangan seperti Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, masih terdapat petani yang melakukan penanaman padi. Meskipun tidak se massif saat musimnya. Artinya, produksi pangan masih terus dilakukan ditingkat petani. Disisi lain, harga pantauan di pasaran juga demikian.
Menurut David, harga beras di NTB masih terbilang terjangkau dibandingkan dengan daerah-daerah lain, karena beras masih tersedia. Tidak ada kenaikan harga beras yang signifikan. Harga beras ini bersifat nasional, semua daerah mengalami kenaikan, otomatis harga beras di NTB juga ikut naik. Namun masih pada kategori harga relatif terkendali.
“Beras di pasaran cukup banyak, stok Bulog 35 ribu ton cukup aman sampai panen berikutnya,” ujarnya. “Memang kita harapkan ke depan itu ada budaya petani yang punya lumbung padi di rumah itu diisi, paling tidak hasil panennya 100 persen itu dijual. Ada yang disimpan untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan,” demikian David. (bul)