Mataram (Suara NTB) – Dinas Perhubungan Kota Mataram telah menerapkan pembayaran parkir non tunai di sejumlah titik parkir. Tujuannya untuk mengoptimalkan pendapatan asli daerah (PAD) dan meminimalisir kebocoran. Sistem transaksi non tunai justru tidak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun juru parkir (jukir), karena disinyalir rendahnya kesadaran.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram, Drs. H. Muhammad Saleh mengakui, kesadaran masyarakat dan juru parkir untuk men-tapping atau memanfaatkan transaksi non tunai pembayaran retribusi parkir masih rendah. Masyarakat menilai sistem non tunai ribet dan sebagian besar pengguna jasa parkir tidak memiliki aplikasi e-wallet, sehingga lebih nyaman tapping dititipkan ke juru parkir dengan cara memberikan secara tunai. “Pengguna jasa parkir memilih menitip tapping ke jukir,” kata Saleh dikonfirmasi pekan kemarin.
Pilihan pengguna jasa parkir ini memang tidak salah, tetapi ia menyarankan supaya membiasakan diri membayar secara non tunai sehingga uang yang disetor langsung masuk ke kas daerah. Saleh menegaskan, menitip tapping ke jukir memang tidak memiliki pengaruh terhadap target, kecuali juru parkir tidak disiplin.
Jukir yang tidak menyetor bisa dipantau secara fisik dengan turun langsung ke lapangan atau melalui pemantauan secara digital melalui aplikasi si-jukir. “Kalau target sih tidak ada pengaruh, kecuali jukir tidak disiplin,” tandasnya.
Ia menyebutkan, capaian parkir tepi jalan umum Rp6 miliar lebih dari target Rp11,7 miliar lebih. Diperkirakan realisasinya sampai akhir tahun mencapai Rp9 miliar. Hal ini dipengaruhi retribusi parkir tidak konstan karena saat hari libur nasional pendapatan akan menurun drastis. Pusat perbelanjaan dan pasar tradisional sepi sehingga pendapatan jukir menurun. “Kecuali tempat wisata baru ramai. Pengelolaannya sekarang di Dinas Pariwisata,” terangnya.
Rendahnya kesadaran menggunakan non tunai untuk penarikan parkir tepi jalan umum diakui Yani, salah satu warga Kota Mataram. Pembayaran secara tunai dinilai lebih gampang daripada harus mengunduh aplikasi yang tidak familiar di masyarakat. “Iya, saya juga tidak punya aplikasinya,” terangnya.
Selama ini, jarang jukir menawarkan pembayaran non tunai walaupun ia melihat ada barcode dikalungi oleh jukir. Terlepas dari itu, ia meminta perbaikan dan peningkatan pelayanan parkir di Kota Mataram. Sebab, ada jukir yang mau seenaknya saja tanpa membantu pelanggan mengatur kendaraan. “Kadang dia (jukir, red) tiba-tiba datang dari mana terus minta uang parkir,” katanya mengeluh. (cem)