Taliwang (Suara NTB) – Masyarakat yang merelakan tanahnya untuk lokasi pembangunan smelter berharap agar komitmen mempekerjakan mereka di pabrik pemurnian mineral itu tidak hanya sampai masa konstruksi saja. Tetapi juga ketika pabrik smleter milik PT Amman Mineral Industri (AMIN) itu pun sudah beroperasi.
“Jadi harapan pemilik lahan yang kebetulan beberapa diantaranya adalah warga kami. Maunya itu, mereka dipekerjakan seterusnya. Di konstruksi atau pun saat operasi,” kata kepala desa Maluk, Baharudin saat bertemu dengan sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Slamet Riadi.
Saat pembebasan lahan smelter lewat fasilitasi pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Pemilik lahan pada akhirnya ikhlas melepaskan tanah mereka karena salah satunya adanya komitmen perusahaan untuk mempekerjakan anak atau sanak keluarganya saat pembangunan smelter dilaksanakan seperti sekarang ini.
Namun menurut Baharudin, melihat pengorbanan masyarakat yang sangat besar itu di mana lahan yang dilepaskan adalah sumber penghidupan mereka. Seakan belum cukup setara jika kompensasi dipekerjakan hanya sebatas masa konstruksi saja. “Ini yang selalu disuarakan warga kami. Karenanya harapan kami pemerintah lewat Disnaker ini sekiranya bisa menyampaikannya ke perusahaan,” katanya.
Mendengar aspirasi para pemilik lahan itu, Slamet Riadi mengatakan, secara prinsip Disnakertrans KSB turut mengawal penyerapan tenaga kerja proyek pembangunan smelter khususnya bagi para pemilik lahan. “Pak bupati selalu mengingatkan kami untuk memastikan setiap pemilik lahan harus dapat dipekerjakan di proyek smelter,” katanya.
Harapan pemilik lahan itu pun, lanjut Slamet juga menjadi semangat pemerintah. Ia menyatakan, Disnakertrans saat ini tengah mencoba melobi perusahaan agar menyiapkan tenaga-tenaga lokal yang nantinya untuk kebutuhan operasional smelter. Salah satu caranya yakni dengan menggelar berbagai pelatihan atau bahkan memberikan beasiswa pendidikan kepada masyarakat. “Nah lewat itulah kami ingin para pemilik lahan juga bisa dididik untuk bisa bekerja di smelter,” ujarnya.
Selanjutnya Slamet menambahkan, keberadaan proyek tambang Batu Hijau dan seluruh usaha yang akan tumbuh mengirinya akan dimaksimalkan pemerintah sebagai penyerap pasar kerja lokal. Dan untuk itu sejak beberapa waktu terakhir Disnakertrans sudah banyak menggelar pelatihan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan yang terlibat di proyek tambang milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) itu.
“Termasuk untuk kebutuhan smelter. Kami sudah pernah melakukan studi ke pabrik smelter di Gresik, Jawa Timur. Di sana kami catat apa saja keterampilan kerja yang dibutuhkan. Nah catatan itulah yang akan kita serahkan ke perusahaan (AMIN) untuk kemudian dijadikan bahan untuk mempersiapkan tenaga lokal kita,” urainya.
Pada bagian lain, kepala Disnakertrans KSB, H. Muslimin mengatakan, pekerja lokal yang saat ini sedang bekerja di proyek konstruksi smelter tidak menutup kemungkinan tetap dapat terus bekerja saat operasinal pabrik mulai berjalan.
Berkaca pada saat awal dibukanya proyek tambang Batu Hijau. Ia menyebut, banyak kemudian karyawan yang sebelumnya bekerja di perusahaan-perusahaan konstruksi kemudian dialihkan saat tambang mulai beroperasi. “Kami akan mencari cara bagaimana kemudian kita (masyarakat KSB) menikmati keberadaan seluruh perusahaan yang terkait dengan pertambangan Batu Hijau,” janjinya. (bug)