WILAYAH Provinsi NTB masih berada di puncak musim kemarau. Daerah yang dinilai paling terdampak kondisi ini salah satunya yaitu Lombok bagian selatan. Sebagian masyarakat masih bergantung pada suplai air bersih dari pemerintah.
Wakil Bupati Lombok Tengah, H.M Nursiah mengatakan, salah satu kebijakan yang rutin diberikan yaitu mendistribusikan air bersih ke desa-desa yang terdampak secara terpadu. Artinya pendistribusian dilakukan oleh BPBD, PDAM dan pihak terkait lainnya.
“Kekeringan ini berdampak terhadap kurangnya pasokan air bersih untuk dikonsumsi masyarakat, terutama di wilayah selatan. Kita sudah mulai mendroping air bersih” kata HM. Nursiah kepada Suara NTB, kemarin.
Menurutnya, wilayah yang menjadi langganan kekeringan di Lombok Tengah bagian selatan diantaranya Kecamatan Pujut, Praya Barat, Praya Barat Daya, Praya Timur, dan Janapria.
Selain menyalurkan air bersih, Pemda Loteng katanya memenuhi kebutuhan air melalui penggalian sumur bor yang tersebar di desa-desa yang membutuhkan.
Jika melihat data Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) dari BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat, Kecamatan Praya Timur masuk dalam
kategori Ekstrem Panjang dengan durasi di atas 60 hari bersama sejumlah kecamatan lainnya di NTB. Praya Timur juga menjadi wilayah yang masuk dalam peringatan diri kekeringan level Awas.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat Yuhanna Maurits membeberkan daerah-daerah yang masuk dalam kategori ekstrem panjang yaitu Kota Mataram (Cakranegara dan Ampenan), Kabupaten Lombok Barat (Gerung, Narmada, Gunung Sari, Labuapi, Batulayar dan Lembar), Lombok Tengah (Praya Timur),Lombok Timur (Sambelia, Pringgabaya, Swela, Labuhan Haji, Jerowaru, Sukamulia dan Sembalun).
Selanjutnya Lombok Utara (Bayan, Pemenang, Tanjung, Gangga),Sumbawa Barat (Brang Rea, Jereweh,Taliwang, Brang Ene dan Maluk), Sumbawa (Utan, Buer, Moyo Utara, Moyo Hilir, Lape, Sumbawa,Batulanteh, Unter Iwes dan Alas), Dompu (Kilo, Woja, Manggalewa), Kota Bima (Kolo, Jatiwangi dan Raba), Bima (Palibelo, Wera, Belo, Donggo, Lambitu, Wawo, dan Soromandi).
Pada dasarian II September 2023 (11- 20 September 2023) diprakirakan peluang terjadinya hujan juga sangat rendah. Diperkirakan curah hujan dengan intensitas di bawah 20 mm/dasarian memiliki probabilitas kejadian di atas 90 persen yang merata di seluruh wilayah NTB.
Pada periode puncak musim kemarau tahun ini, masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.(ris)