Mataram (Suara NTB) – Bank Indonesia mendorong pondok-pondok pesantren di Pulau Lombok, NTB untuk mendukung kemandirian ekonomi dengan beternak. Selain itu, upaya ini diharapkan dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat mengendalikan inflasi (kenaikan harga-harga) dari komoditas hasil peternakan.
Bank Indonesia memberikan pelatihan kepada 26 pondok pesantren di Pulau Lombok. Terdiri dari, 1 Pondok Pesantren dari Kota Mataram, 8 Pondok Pesantren dari Lombok Barat, 2 Pondok Pesantren dari Lombok Utara, 7 Pondok Pesantren dari Lombok Tengah dan 5 Pondok Pesantren dari Lombok Timur. Menghadirkan narasumber dari akademisi pada Fakultas Petenakan Universitas Mataram sekaligus Praktisi di bidang peternakan. Pelatihan dilaksanakan, Jumat, 15 September 2023 di Narmada.
Materi utamanya, Manajemen Usaha Peternakan Syariah untuk Mendukung Kemandirian Ekonomi Ponpes dan Menoroong Kontribusi Pesantren dalam Pengendalian Inflasi di Provinsi NTB”. Kepala Kantor Pewakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap melalui Deputy Bidang Ekonomi Moneter, Achmad Fauzi mengemukakan, saat ini Ekonomi Syariah telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru secara global, dan Negara kita sangat berpotensial untuk menjadi pemain utama, karena bonus demograpy sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di Dunia.
Saat ini sesuai dengan rangking yang dikeluarkan oleh Global Islamic Economy Indicator (GIEI), Indonesia berada pada peringkat 4 dunia, sehingga sangat berpotensi menggeser negara negara lain menjadi pusat halal dunia. “Karenanya, kita terus berKolaborasi, berInovasi, dan bersinergi agar harapan tersebut dapat terwujud,” harapnya.
Lanjut Fauzi, salah satu komponen penting dalam Pengembangan Ekonomi Keuangan Syariah adalah Pondok Pesantren. Sebab pondok pesantren memiliki potensi yang sangat besar sebagai Pioner dan Katalisator Pengembangan Ekonomi Ummat. Bank Indonesia terus memberikan perhatian agar Pondok Pesantren mulai melakukan Pengelolaan lebih modern dengan melaksanakan aktivitas ekonomi.
“Pelatihan saat ini merupakan salah satu bentuk upaya Bank Indonesia untuk mendorong Ponpes dapat memulai melakukan aktivitas Usaha, dengan harapan aktivitas usaha tersebut dilakukan oleh pengurus yang memiliki Passion dalam usaha pondok pesantren, sehingga dapat memberikan hasil terbaik, yang sekurangnya dirasakan oleh Pondok Pesantren dan Santri,” ujarnya.
Bank Indonesia mengharapkan, peserta mendapatkan materi yang komperehensif, ilmu yang diperoleh dapat diimplementasikan dengan mulai menjalankan usaha, atau meningkatkan kualitas usaha peternakan. (bul)