Mataram (Suara NTB) – Sebanyak 1000 ton RDF akan dikirim ke PLTU Jeranjang sebagai bahan campuran bahan bakar barubara melalui proses co-firing. Jumlah RDF yang dikirim tersebut merupakan buah dari perjanjian kerjasama atau kontrak antara UPTD Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok DLHK Provinsi NTB dengan PT. PLN.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, Julmansyah, S.Hut.MAP, didampingini Kepala UPTD TPAR Kebon Kongok Radyus Ramli mengatakan, 1000 ton RDF itu disediakan oleh Pemprov dalam jangka waktu enam bulan.
‘’ PLN membeli RDF standarnya 450 ribu per ton, tetapi ketika kalorinya di atas 3.300 nanti akan berubah. Begitu juga jika kalorinya di atas 3.300 bisa turun juga harga itu, sehingga quality controlnya harus dijaga,’’ kata Julmansyah kepada Suara NTB kemarin.
Jumlah RDF yang dikirim oleh UPTD TPAR Kebon Kongok baru dua hingga lima ton setiap hari. Jumlah itu akan terus ditingkatkan seiring dengan beroperasinya TPST di sini. Ia berharap semakin banyak sampah yang terpilah masuk ke TPAR Kebon Kongok sehingga semakin cepat pula proses produksi RDF.
“Kami minta Pemkot Mataram dan Lobar melakukan pemilahan sampah sebelum masuk ke sini. Ini memang edukasi yang tak mudah, namun harus dimulai,” terangnya.
Kepala UPTD TPAR Kebon Kongok Radyus Ramli mengatakan, setiap hari ada 40 ton sampah yang diolah di mesin TPST menjadi RDF dari kapasitas terpasang sebesar 120 ton. Artinya masih banyak sisa yang belum terpakai. Namun demikian pihaknya terus berupaya memaksimalkam proses pengolahan sampah ini secara bertahap.
“Seandainya bisnis murni, bisa kita pasang pekerja kita. Namun di sini banyak aspek sosialnya. Kita tak bisa menerapkan pola yang sama dengan swasta,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya bersama PLN terus bekerjasama dan berinovasi dalam memanfaatkan sampah. Terbaru yaitu ada tawaran yang sangat bagus dari PLN yaitu bagaimana menggunakan sampah untuk pengeringan batu bara. Artinya sampah tak hanya sebagai bahan bakar co-firing, namun juga untuk pengeringan batu bara.(ris)